Langsung ke konten utama

JADILAH PENGGARAP YANG BAIK

 


Bacaan Hari Jumat, 10 Maret 2023

Matius, 21 : 33 - 43; 45 - 46

--------------------------------------

Bacaan hari ini mengisahkan tentang perumpamaan tentang penggarap kebun anggur. Perumpamaan ini, adalah perumpamaan kedua Yesus untuk menjawab pertanyaan dari imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi ( Mat. 21: 23 - 27 ) tentang kuasa Yesus. 

Jawaban Yesus Tuhan dalam perumpaan yang pertama adalah tentang dua orang anak yang disuruh bapaknya untuk bekerja di kebun anggur ( Mat. 21 : 28 - 32 ). Dan bacaan hari ini adalah perumpamaan kedua.

Oleh para ahli tafsir perumpamaan tentang penggarap melukiskan  dosa dan kebinasaan yang sedang melanda bangsa  Yahudi. Di sini, bangsa Yahudi  beserta para pemimpinnya digambarkan sebagai para penggarap kebun anggur. Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka disebutkan di sini supaya menjadi peringatan  bagi semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dalam gereja , agar mereka bersikap penuh hormat dan tidak angkuh.

Hak-hak istimewa orang Yahudi, dalam perumpamaan ini, yang dilambangkan dengan peristiwa disewakannya kebun anggur kepada para penggarap itu. Mereka adalah para penyewa yang harus bertanggung jawab kepada Allah, Sang Tuan Tanah yang Agung.

Allah adalah Tuan tanah. Lalu menyewakan kepada panggarap yabg adalah orang Yahudi dan juga kita jaman ini. Kebun itu dibuka Allah Bapa di dunia  ini yang sebelumnya ditumbuhi semak belukar dan duri. ( kejahatan-dosa )

Setelah Ia membuka kebun, menanam dengan benih-benih anggur terbaik (Firman-Nya) maka Allah memagarnya. "Memagar" maksudnya adalah Allah akan melindungi jemaat-Nya (kita-kita ini)

Allah mengharapkan agar kita ( para penggarap ) sungguh bekerja keras sehingga saat panen tiba hasilnya akan dibagikan. Allah mengutus hamba-hamba-Nya, yang tidak lain adalah para nabinya namun. Namun hamba itu disiksa dan dibunuh. Allah tetap sabar, dan mengasihi penggarap-penggarap itu, namun perlakuan pun sama mereka di siksa dan dibunuh.

Allah pun mengutus Anak-Nya sendiri. Namun keserakan dan ketamakan para penggarap (kita-kita bersama orang Yahudi). Anak itu tidak lain adalah Yesus Kristus  Putra Allah. Kita tetap pada ketamakkan dan dan kerakusan maka Putra Allah pun kita bunuh. 

Kehadiran Kristus, jaman itu dianggap sebagai penghalang orang-orang Yahudi yang hidup dalam dosa yang harus disingkirkan. Begitu pula kita, mungkin kehadiran Kristus dalam Firman-Nya dalam diri Imam dan Gereja-Nya kadang kuta anggap sebagai penghalang keinginan, keserakahan dan ketamakkan duniawi. Kita kadang membunuh Kristus bukan dengan melemparnya dengan batu hingga mati atau dengan senjata tajam tetapi justru dengan kata-kata dan tindakkan kita.

Maka Tuhan akan datang sendiri, mengambil hak istimewa kita yaitu Kerajaan Allah, kebahagiaan dari kita penggarap-Nya dan menyerahkan kepada Orang lain ( ay. 43 ). Yang tinggal pada kita adalah Kebinasaan dan kesengsaraan. 

Marilah kita menjadi penggarap-penggarap yang setia kepada Tuan Tanah (Allah Bapa) agar kita tidak diambil dari Kebajagiaan Kerajaan Allah yang diberikan secara istimewa.

 Semoga



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tangan Allah Bekerja di Balik Segala Peristiwa

  Keluaran 2:1-15a Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam kitab Keluaran 2:1-15a, menceritakan tentang kisah awal kehidupan Musa yang penuh keajaiban. Musa lahir di tengah penderitaan umat Israel, di saat bayi laki-laki diperintahkan untuk dibunuh oleh Firaun. Namun, melalui keberanian ibunya dan campur tangan Allah, Musa diselamatkan bahkan dibesarkan di istana musuh bangsanya sendiri. Di balik segala ketakutan dan penderitaan, Allah menyusun rencana yang besar melalui tangan-tangan manusia yang berani dan penuh iman. Hidup Musa membuktikan bahwa Allah hadir dan berkarya bahkan dalam situasi paling gelap sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering menghadapi situasi yang sulit: masalah keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan, atau rasa takut akan masa depan. Namun, seperti Musa, kita diundang untuk percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kadang, pertolongan Tuhan datang lewat orang-orang di sekitar kita, atau mel...

Mengampuni dan Memperbaiki Hubungan dengan Kasih

  Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...

Kesetiaan dalam Perjanjian Cinta

Matius: 19:1-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 19:3-12 menceritakan tentang orang farisi yang datang untuk mencobai Yesus, mereka bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya? Dengan alasan apa saja. Lalu Yesus menjawab tidakkah kalian baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita ? Dan Ia bersabda sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya? Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan maanusia. Dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan hukum atau tradisi, tetapi sebuah perjanjian kudus yang dimeteraikan oleh Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetiaan ini bukan hanya berlaku bagi suami-istri, tetapi juga bagi setiap panggilan hidup yang kita jalani. Bagi yang menikah, kesetiaan diwujudkan dalam komitmen un...