Langsung ke konten utama

ASAL USUL RABU ABU

 

Hari ini Gereja Katolik memasuki masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan Abu.

Penggunaan abu dalamLiturgi Rabu Abu ini berasal dari Perjanjian Lama, dimana abu menjadi lambang perkabungan, rasa sesal dan juga pertobatan ( Ayub 42:6; Ester 4:1; Yunus 3:5-6; Daniel8 :3 ).

 Yesus juga sudah  menyinggung tentang pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa walau sudah melihat sendiri mujisat secara nyata dan mendengar Kabar Gembira ( Markus 6:11 ). 

Pada Abad Sebelum 5 Masehi

Gereja perdana menggunakan abu sebagai simbolis yang juga serupa. Tertulianus menulis bukunya yakni " De Poenitentia " sekitar tahun 160 - 220, jika pendosa mau bertobat harus hidup tanpa bersenang-senang dan mengenakan kain kabung serta abu. Sejarawan Gereja perdana juga menulis dalam bukunya yakni " Sejarah Gereja " jika ada seorang murtad bernama Natalis yang datang pada Paus Zephyrinus dengan mengenakan kain kabung serta abu lalu memohon pengampunan. Dalam masa yang sama, maka diwajibkan bagi mereka untuk menyatakan Tobat di muka umum dan Imam akan memakaikan abu pada kepala mereka sesudah melakukan pengakuan. 

Pada abad pertengahan, mereka yang sedang menghadapi ajal akan dibaringkan di atas tanah beralasan kain kabung lalu diperciki dengan abu dan Imam akan memberikan berkat kepada orang tersebut dengan air suci sambil betkata, " Ingat engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. " Sesudah itu, Imam akan bertanya, " Puaskah engkau dengan kain kabung dan abu sebagai pernyataan tobatmu di hadapan Tuhan pada hari penghakiman? " Yang mana akan dijawab orang tersebut dengan, " Saya Puas ."

Pada Abad 8 Pra Paskah 

Ritual perayaan Rabu abu ini ditemukan pada masa Gregorian sacramentary yang terbit sekitar abad ke-8. Kemudian sekitar tahun 1000, Imam Anglo saxon yakni Aelfric  berkotbah yakni, " kita membaca dalam alkitab, baik dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung. Sekarang marilah kita melakukannya sedikit pada awal Masa Prapaskah kita, kita menaburkan abu di kepala kita sebagao tanda bahwa kita wajib menyesali dosa-dosa kita terutama Masa Prapaskah. " 

Sesudah abad pertengahan tersebut, maka Gereja memakai abu sebagai tanda dimulainya masa pertobatan Pra Paskah sehingga  bisa mengingat jika kita tidaklah abadi dan sesudah menyesali segala dosa yang sudah diperbuat. 

Mengapa Hari Rabu ? 

Kita tentu bertanya-tanya kenapa setiap memasuki masa Pra Paskah yang ditandai dengan "Abu" selalu pada hari Rabu, sehingga dikenal sebagai   "Hari Rabu Abu ?

Nah, Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

Jadi penentuan awal masa Prapaskah pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu tanpa menghitung hari minggu. 

Mengapa harus Daun Palma ? 

Kita harus membedakan dua macam sakramentali, yakni sakramentali yang berupa benda dan yang berupa tindakan.

Sakramentali yang berupa benda adalah yang diberkati dan dipakai dalam perayaan dan masih ada sesudah perayaan berlangsung seperti air berkat, lilin yang diberkati, palma yang sudah diberkati, abu yang sudah diberkati pada hari Rabu Abu. Sedangkan Sakramentil yang berupa tindakan adalah yang selesai (tidak ada lagi) sesudah perayaan dilaksanakan, seperti upacara pemakaman.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kita dapat pahami bahwa daun palma yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Sengsara (Minggu Palma) itu termasuk dalam benda sakramentil. Dalam perjalanan hidup Gereja, yang dibakar menjadi abu untuk diberikan kepada umat yang bertobat (Abu tanda pertobatan ) diawal Pra Paskah ( Rabu Abu ) adalah daun Palma yang sudah diberkati itu.

Sejak dahulu, dalam prosesi kemenangan tradisional orang Yahudi maupun Romawi, para peserta prosesi memegang daun palma dan melambai-lambaikanya, tanda kegembiraan atas kemenangan. Dan ketika memasuki Yerusalem guna melaksanakan karya keselamatan Allah dengan menderita dan wafat di Salib, Yesus disambut sebagai pemenang (Mazmur 92:12-13). Wahyu, 7:9 dilihat sebagai lambang kemenangan Anak Domba Allah. Daun palma juga sebagai lambang keadilan dan kebenaran.

Maka sejak Gereja perdana daun palma dipandang sebagai simbol kemenangan Kristus, yang memasuki Yerusalem Surgawi secara mulia. Kemenangan yang sama dapat dimurnikan Allah Bapa dengan pengantaraan Kristus, bagi umat yang bertobat, yang rela menerima Abu, sisa-sisa pembakaran daun palma.yang diberkati. 

Mengapa Tanda Salib ?

Tanda Salib ini mengandung arti : 1) Kemanunggalan dari Allah Trinitas; 2) Salib menunjukkan keadilan Allah (Gal. 3:13) ; 3) Menunjukkan Kasih Allah yang terbesar yaitu dengan menyerahkan nyawa-Nya sendiri bagi keselamatan kita. ( Yoh. 5:13 ) ; 4) Salib tanda Keselamatan dan kemenangan orang Kristen atas dosa dan maut. 

Makna Hari Rabu Abu 

Perayaan Paskah sendiri merupakan perayaan penting untuk kehidupan iman bagi umat yang percaya. Paskah dikatakan sebagai jantung sebab Paskah adalah pusat dari semua yang menghidupi seluruh kehidupan iman orang yang percaya. Tanpa adanya Paskah, maka tidak akan ada perayaan apa pun juga, demikian pula tidak ada janji keselamatan. Paskah tidak hanya sebagai hari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus saja, namun juga penderitaan serta kematian Kristus. 

Masa Rabu Abu ini menjadi awal pembaharuan diri, intropeksi diri serta pertobatan. Namun bukan berarti sesudah masa Paskah, umat bisa berbuat semaunya tanpa ada pertobatan. Sikap selalu mawas diri dan juga pertobatan menjadi panggilan hidup bagi umat yang percaya seumur hidupnya. 

Makna Rabu Abu Lewat Abu Sebagai Simbol 

Abu menjadi sesuatu hal yang dibenci orang bersih, sebab abu akan mudah menempel dan bertebaran dimanapun yang akan merusak atau mengurangi keindahan. Akan tetapi, debu dan juga abu mudah dibersihkan dan kumpulan abu juga mudah terbang berserakan saat terhembus dengan angin. Selain itu, semua yang dibakar menjadi abu maka sudah tidak akan ada artinya lagi. Abu memiliki sifat yang kotor, mudah untuk dipindahkan dan tidak memiliki arti. 

Akan tetapi, "Abu" mempunyai arti tersendiri dalam "Rabu Rabu." Selama beberapa abad sebelum Kristus, abu ini juga sudah digunakan sebagai arti pertobatan ( Kita temukan dalam perjanjian lama di atas ) dan dalam Kitab Kejadian juga disebutkan jika manusia tercipta dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. 

Jika dilihat dari segi teologis, makna dari Rabu Abu sendiri adalah para umat yang percaya mengungkapkan sikap penyesalan serta pertobatan  yang didasari dengan kesadaran kefanaan diri serta  betapa bergantungnya kita dengan rahmat Kristus. Simbol abu ini selayaknya dijadikan tanda peringatan jika kita adalah manusia yang penuh akan dosa dan sudah membuat Yesus disalibkan karena dosa yang sudah kita perbuat. Karena itulah umat yang datang ke Gereja pada masa Rabu Abu akan diberi tanda salib dengan abu pada dahi sebagai pengingat kita ritual Israel Kuno saat seorang menabur abu di atas kepala atau seluruh bagian tubuh sebagai tanda akan kesedihan, pertobatan dan rasa menyesal yang mendalam. 

Makna Rabu Lewat Puasa, Berdoa dan Bersedekah

Semenjak hari Rabu Abu sampai hari raya Paskah, maka 40 hari tersebut digunakan umat untuk berpuasa. Angka 40 ini diambil dari 40 hari Yesus melakukan puasa. Karena kita merupakan milik Kristus sepenuhnya, maka seluruh umat diajak untuk berusaha memahami makna tersebut. Puasa yang dilakukan ini adalah sikap menyangkal diri dari pelbagai hal yang disukai dan umat akan menghindari semua hal tersebut dari mulai masa Rabu Abu sampai Paskah, seperti contohnya kebiasaan minum alkohol, merokok, Makan berbagai hidangan nikmat dan berbagai kebiasaan buruk seperti iri hati, marah, dendam, malas, nafsu, sombong dan berbagai sikap dan sifat buruk lainnya.

Semua puasa ini dilakukan untuk memperbaharui hidup sebab ciri utama dari pengikut Yesus adalah sikap pertobatan yang dinyatakan lewat pembaharuan hidup. 

Makna pertobatan sendiri tidak hanya sekedar pembubuhan abu pada bagian dahi dengan membuat tanda salib, namun juga diikuti dengan pertobatan hati.

" Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu . " Jadi yang dikehendaki oleh Tuhan dalam ibadah puasa adalah " Hati yang mau dikoyakkan." Dengan ini, maka kita akan bersungguh-sungguh dalam menyesali semua kesalahan serta dosa dan diajak kembali untuk mengalami kasih serta pengampunan dari Allah yang terjadi dalam setiap kehidupan setiap hari. 

Kita berdoa selama masa pertobatan memohon kekuatan Tritunggal Mahakudus agar tidak tergoda oleh rayuan dan godaan setan. Kita mohon bimbingan-Nya agar kemenangan dapat diraih dalam kemuliaan-Nya. 

Kita bersedekah adalah ungkapan pertobatan untuk peduli terhadap sesama sebagaimana Yesus selalu peduli terhadap kaum yang tertindas, dipinggirkan dan dihina. 

Inilah tiga hal sebagai olah rohani dalam masa Ret-ret Agung sebagai pemulihan atas dosa-dosa kita agar Kemuliaan Kebangkitan Tuhan pun diperoleh bagi orang yang tekun menjalankan Sabda-Nya.

 BERTOBATLAH DAN PERCAYALAH PADA INJIL ! "

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUASA TUHAN ATAS BADAI KEHIDUPAN

                                                         Selasa, 02 Juli 2024                                                        Bacaan Mat.28:23 - 27 Dalam bacaan Injil Matius 8:23-27, kita di suguhkan tentang kisah Yesus dan para murid-Nya yang berada di perahu dan tiba-tiba badai besar melanda danombak besar mulai memasuki perahu. Para murid pun ketakutan, namun Yesus tidur dengan tenang. Mereka kemudian membangunkan Yesus dan memohon agar Dia menyelamatkan mereka.  Yesus bangun, menegur angin dan laut, lalu terjadilah keadaan teduh. Dalam kejadian ini, kita belajar bahwa Yesus memiliki kuasa yang besar atas alam. Dia mampu menguasai badai dan laut dengan hanya mengucapkan satu kalimat. Ini mengingatkan kita bahwa kita bisa percaya dan bergantung kepada-Nya dalam setiap kesulitan yang kita hadapi.  Renungan dari bacaan ini mengajarkan kita untuk mempercayai kuasa dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, bahkan saat badai kehidupan melanda. Kita tidak perlu takut, karena Tuhan s

YESUS TABIB MAHAKUASA

Bacaan Injil, Jumat 12 Januari 2024 Markus 2: 1-1 2 Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus mengampuni dosa jauh lebih penting daripada menyembuhkan penyakit , namun hanya Yesus yang diberi kuasa untuk mengampuni dosa. Dunia sekarang manusia tidak memiliki obat untuk pulih dari dosa karena memang dosa adalah jenis penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh siapapun kecuali Dia sang juru selamat'. Yesus tidak langsung menyembuhkan sakit fisiknya, tetapi memberi prioritas pada kesembuhan rohani dengan cara mengampuni dosa. Apa artinya kesembuhan fisik jika kerohaniannya tetap lumpuh dan sakit? Yesus tidak hanya memulihkan tetapi menyelipkan pengajarannya yang berharga bahwa lumpuh rohani jauh lebih berbahaya dan mematikan ketimbang kelumpuhan fisik.Ia tertarik dengan iman yang begitu mendalam dari Rombongan yang membawa orang lumpuh tersebut. Niat yang kuat ingin menjumpai Yesus bukan hanya tanda simpatik bagi sahabat yang lumpuh namun mereka tau bahwa Yesus sanggup memulihkan sang

MENGIKUTI YESUS TANPA KEPALSUAN

  Bacaan Injil Jumat 05 Januari 2024 Yohanes, 1:43 - 51 Hari ini penginjil Yohanes kembali mengisahkan tentang murid Yesus yang mengikuti Dia. Kemarin Andreas dan Simon yang di sapa Yesus dengan Kayafas (Patrus) mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya. Hari ini, Filipus yang panggil dan diajak untuk mengikutinya. Hanya dengan berkata: "Ikutilah Aku!" Filipus pun tanpa pertimbangan. Mengikuti-Nya. Dan sebagaimana Andreas mengajak Simon Petrus untuk mengikuti Sang Mesias, kini Filipus menemui Natanael dan mewartakan pertemuan dia dan Sang Guru, Mesias Anak Allah. "Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan para nabi, yaitu  Yesus anak Yusuf dari Nazareth. Lain hal dengan Simon Petrus yang kemarin kita dengar langsung mengikuti ajakan Andreas dan menemui Yesus. hari ini Natanael tidak begitu saja percaya ajakan Filipus. " Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?" demikian keraguan Natanael akan pernyataan Filipus. Namun, sebagai