Langsung ke konten utama

DUKACITA UNTUK SUKACITA

 

Bacaan injil, Jumat 19 Mei 2023
Yohanes, 16:20-23a

Kita pasti sering mendengar pantun kuno ini : " Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian - Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."

Hari ini bacaan yang kita baca dan dengar tentang sebagian ayat dalam perikop Dukacita yang mendahului kemenangan (Yoh. 16: 16-33). Yesus Kristus mengatakan tentang ini untuk mempersiapkan batin murid-murid-Nya (juga bagi kita pengikut jaman sekarang) karena Dia yang kita imani sebagai Putera Allah, Sang Mesias akan mengalami penderitaan di Kayu Salib dan mati. Kita semua pengikut Kristus akan mengalami kesedihan yang dasyat. Orang yang kita banggakan dan Yakini mengalami hal demikian. Dunia akan bergembira. Dunia disini adalah orang-orang yang hidup dalam kegelapan dunia. Namun, Penyaliban dan Kematian Yesus justru akan membawa sukacita bagi kita semua yang tetap setia mengikuti Dia. Dukacita para murid dan kita semua akan berubah menjadi sukacita karena Kebangkitan-Nya. (Luk. 24: 41,45).

Yang Yesus maksud bukanlah kita menggantikan duka "dengan" Sukacita, melainkan duka "menjadi" sukacita. Mengapa?
Karena banyak diantara kita mengharapkan sukacita, tetapi tidak ingin mengalam dukacita dulu untuk memperoleh sukacita itu. Kita lebih suka yang bersifat instan. Namun sukacita  yang dimaksud Yesus  adalah dukacita yang ditransformasi Allah menjadi Sukacita. Maka murid Kristus harus menanggung dukacita dulu baru mengalami sukacita. Kebenaran ini digambarkan Yesus seperti seorang ibu yang akan melahirkan bayinya (ay. 21). Si ihu harus menanggung rasa sakit dahulu saat melahirkan, sesudah itu, ia dapat bersukacita, yakni saat ia melihat dan menggendong bayinya. Seperti itulah derita dan kesedihan dalam hidup murid-murid Tuhan. Ada rasa sakit untuk dalam waktu lama, tetapi rasa sakit itu ditransformasi ke dalam sukacita kekal ( 2Kor. 4 : 16-18 ).

Sukacita kita sebagai orang Kristen bukan ditemukan dalam kepemilikan segala sesuatu yang kita inginkan. Seharusnya kita bersukacita karena kita membutuhkan Allah dan mengalami bagaimana hidupnkita dipuaskan oleh Dia. Sulacita yang Kekal, hanya dapat dimiliki bila kita bersatu dan bersandar pada Kristus.

Dalam ketaatan dan tetap setia pada Dia, maka kita boleh menikmati sukacita/kegembiraan yang tak dapat dirampas oleh siapa pun. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengampuni dan Memperbaiki Hubungan dengan Kasih

  Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...

Tangan Allah Bekerja di Balik Segala Peristiwa

  Keluaran 2:1-15a Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam kitab Keluaran 2:1-15a, menceritakan tentang kisah awal kehidupan Musa yang penuh keajaiban. Musa lahir di tengah penderitaan umat Israel, di saat bayi laki-laki diperintahkan untuk dibunuh oleh Firaun. Namun, melalui keberanian ibunya dan campur tangan Allah, Musa diselamatkan bahkan dibesarkan di istana musuh bangsanya sendiri. Di balik segala ketakutan dan penderitaan, Allah menyusun rencana yang besar melalui tangan-tangan manusia yang berani dan penuh iman. Hidup Musa membuktikan bahwa Allah hadir dan berkarya bahkan dalam situasi paling gelap sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering menghadapi situasi yang sulit: masalah keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan, atau rasa takut akan masa depan. Namun, seperti Musa, kita diundang untuk percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kadang, pertolongan Tuhan datang lewat orang-orang di sekitar kita, atau mel...

Kesetiaan dalam Perjanjian Cinta

Matius: 19:1-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 19:3-12 menceritakan tentang orang farisi yang datang untuk mencobai Yesus, mereka bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya? Dengan alasan apa saja. Lalu Yesus menjawab tidakkah kalian baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita ? Dan Ia bersabda sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya? Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan maanusia. Dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan hukum atau tradisi, tetapi sebuah perjanjian kudus yang dimeteraikan oleh Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetiaan ini bukan hanya berlaku bagi suami-istri, tetapi juga bagi setiap panggilan hidup yang kita jalani. Bagi yang menikah, kesetiaan diwujudkan dalam komitmen un...