Matius, 8 : 1 - 4
Hari ini, penginjil Matius mengisahkan tentang Mujisat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus setelah pada hari-hari sebwlumnya kita merenungi pasal-pasal tentang ajaran-ajaran Tuhan. Mujizat-mujizat ini membuktikan bahwa Kristus adalah Sang Guru yang datang dari Allah dan Penyembuh Agung bagi dunia yang sakit.
Ayat pertama 8:1 ini merujuk kepada apa yang terjadi pada pasal sebelumnya setelah Kristus mengakhiri khotbah-Nya: takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya (Mat. 7:28); dan sebagai akibatnya, setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Sekalipun Kristus merupakan seorang Pemberi hukum yang sangat tegas dan seorang Penegur, mereka tetap tidak jemu mengikuti Dia dan tidak mau pergi atau berpisah dari-Nya. Orang yang tahu banyak tentang Kristus pasti ingin mengetahui lebih banyak lagi; dan kita akan mengenal Tuhan, bila kita terus berusaha mengenal Dia seperti ini. Menyenangkan sekali melihat orang banyak begitu tersentuh hatinya terhadap Kristus, sampai mereka berpikir mereka tidak akan pernah bisa puas dalam mendengarkan Dia. Mereka begitu ingin memperoleh hal-hal yang terbaik, dan karena itu mereka pergi berbondong-bondong mengikuti pengajaran yang baik, dan mengikuti Anak Domba ke mana pun Ia pergi. Sekaranglah nubuat Yakub tentang Mesias digenapi, yaitu bahwa kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Namun demikian, tidak semua orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia tetap melekat kepada-Nya. Mereka yang mengikuti-Nya dari dekat dan terus-menerus hanyalah segelintir saja, sedangkan sebagian besar tidak lebih dari sekadar pengikut saja.
Penyakit kusta oleh orang Yahudi dilihat sebagai suatu tanda khusus dari ketidakberkenanan Allah, maka dari itu kita melihat Miriam, Gehazi, dan Uzia terkena kusta karena mereka melakukan suatu dosa tertentu, dan oleh sebab itu untuk menunjukkan bahwa Kristus datang untuk menghilangkan murka Allah dengan menghapus dosa, Ia memulai pekerjaan-Nya dengan menyembuhkan orang yang sakit kusta. Karena penyakit kusta dianggap datang langsung dari tangan Allah, maka penyakit ini juga akan disembuhkan langsung oleh tangan-Nya. Oleh sebab itu, penyakit ini tidak dicoba untuk disembuhkan oleh tabib tetapi diserahkan di bawah pengawasan para imam, para hamba Tuhan, yang menanti-nanti untuk melihat apa yang akan dilakukan Allah. Jika penyakit ini menempel pada pakaian atau pada dinding-dinding rumah, maka ini pun menjadi najis, dan tampaknya penyakit ini sangat berbeda dari apa yang kita kenal sekarang dengan penyakit lepra. Raja Israel dulu pernah berkata, "Allahkah aku ini, sehingga aku dikirimi pesan untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit kustanya?" (2Raj.5:7). Tetapi, Kristus membuktikan bahwa Dia Allah, dengan menyembuhkan banyak orang dari penyakit kusta dan memberikan wewenang kepada para murid-Nya untuk melakukannya juga di dalam nama-Nya (Mat. 10:8). Penyembuhan ini juga dijadikan salah satu bukti bahwa Dia adalah Mesias (Mat.11:5). Dalam hal ini juga Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Penyelamat umat-Nya dari dosa-dosa mereka, karena walaupun setiap penyakit merupakan akibat maupun pertanda dosa, sebagai kekacauan jiwa, namun penyakit kusta merupakan akibat atau pertanda dosa dalam cara yang khusus karena penyakit ini membuat orang najis, dan penderitanya harus dijauhkan dari segala sesuatu yang kudus, tidak seperti penyakit-penyakit lainnya. Oleh sebab itu, dalam hukum Taurat (Im.13,14) kusta tidak diperlakukan sebagai suatu penyakit, melainkan sebagai suatu kenajisan. Imam akan menyatakan apakah seseorang tahir atau najis sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang tersedia. Tetapi kehormatan untuk menahirkan penderita kusta hanya disediakan khusus bagi Kristus, yang melakukannya sebagai Imam Besar yang kita akui. Ia datang untuk melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging (Rm.8:3). Hukum Taurat mengungkapkan keberadaan dosa (karena melalui hukum Taurat dosa diketahui), dan menyatakan bahwa pendosa itu najis. Hukum Taurat membuat orang-orang berdosa terkurung (Gal.3:23), seperti imam yang mengurung penderita kusta, tetapi hukum itu tidak dapat berbuat lebih jauh; hukum Taurat tidak bisa membuat mereka yang datang untuk mengambil bagian di dalamnya menjadi sempurna. Tetapi Kristus menghapus dosa, menahirkan kita darinya, dan dengan demikian menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.
Permohonan si penderita kusta kepada Kristus (8:2) adalah ungkapan iman setelah mendengar pengajaran Kristus dan percaya. Dia berani mengajukan suatu permohonan kepada-Nya. Sebab, Kristus yang mengajar sebagai orang yang berkuasa juga dapat menyembuhkan dengan kuasa. Hal inilah yang membuat si penderita kusta ini datang dan sujud menyembah Dia, sebagai seorang yang penuh dengan kuasa ilahi. Permohonan yang disampaikannya adalah "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Penahirannya ini bisa dipandang sebagai belas kasihan yang sementara sifatnya; belas kasihan terhadap tubuh, yang membebaskan tubuh itu dari suatu penyakit, yang walaupun tidak mengancam hidupnya, namun membuatnya terasa pahit. Dengan demikian, kejadian ini mengajar kita bukan hanya untuk memohon kepada Kristus, yang berkuasa atas segala penyakit jasmani, untuk menyembuhkan tubuh dari penyakit-penyakit itu, melainkan juga untuk mengajarkan bagaimana kita harus bersikap ketika memohon kepada-Nya. Kita harus yakin akan kuasa-Nya dan percaya bahwa Dia sanggup menyembuhkan penyakit kita pada saat ini juga, seperti pada waktu dulu ketika Ia masih ada di bumi, namun semuanya ini harus dilakukan dengan berserah kepada kehendak-Nya: Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat.
Mengenai belas kasihan yang sementara ini, kita tidak bisa pastikan apakah kehendak Allah dalam mengaruniakan belas kasihan itu; tetapi walaupun demikian, kita bisa yakin akan kuasa Allah, bahwa kuasa-Nya dalam memberikan belas kasihan itu tidak terbatas, demi kemuliaan-Nya dan kebaikan kita. Ketika kita tidak bisa yakin tentang kehendak Allah, kita bisa yakin akan hikmat dan belas kasihan-Nya, sehingga dengan sukacita kita bisa berseru, "Jadilah kehendak-Mu." Sikap seperti ini membuat kita menjadi tenang dalam berharap, dan ketika semuanya terjadi, kita akan terhibur.
Dalam.konteks ini, dosa merupakan penyakit kusta dari jiwa. Dosa menghalangi kita dari persekutuan dengan Allah, dan supaya persekutuan ini dipulihkan, perlu bagi kita untuk dibersihkan dari penyakit kusta ini. Kita harus benar-benar peduli dengan hal ini. Kita akan merasa tenang jika kita memohon kepada Kristus, Sang Tabib Agung itu, dengan keyakinan bahwa jika Dia mau, Dia dapat menahirkan kita. Kita harus datang kepada-Nya dan berkata demikian dengan berani, disertai rasa rendah hati dan percaya. Ini
Jawaban Kristus, adalah belas kasih Allah kepada manusia. Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu.
Penyakit kusta adalah penyakit yang busuk dan menjijikkan, tetapi Kristus menjamahnya. Ia tidak merasa jijik berbicara dengan pemungut cukai dan orang berdosa, supaya Ia bisa berbuat baik untuk mereka. Menurut hukum Taurat, jika seseorang bersentuhan dengan penderita kusta, maka orang itu akan tertular menjadi najis, tetapi Kristus menunjukkan bahwa ketika Ia berbicara dengan orang berdosa, Ia tidak terancam menjadi najis oleh mereka, karena penguasa dunia ini tidak bisa berbuat apa-apa kepada-Nya. Jika kita terkena air selokan, kita menjadi kotor; tetapi Kristus tidak termasuk orang-orang berdosa, sekalipun Ia berada di antara mereka.
Kristus berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Dia tidak berkata seperti yang dikatakan Elisa kepada Namaan, "Pergilah, mandilah di Sungai Yordan!" Ia tidak menyuruhnya melakukan suatu pekerjaan yang merepotkan dan melelahkan, tetapi Ia hanya mengucapkan sepatah kata, lalu menyembuhkan orang itu. Perkataan ini mengandung kebaikan hati, "Aku mau." "Aku bersedia menolongmu sebagaimana engkau sendiri bersedia untuk ditolong."
O0rang yang dengan iman memohon belas kasihan dan anugerah kepada Kristus boleh yakin bahwa Dia bersedia, bahkan sangat bersedia, untuk memberi mereka belas kasihan dan anugerah yang mereka minta dari-Nya. Kristus adalah seorang Tabib yang tidak perlu dibujuk-bujuk, karena Dia selalu bersedia. Dia tidak perlu didesak-desak, karena pada saat kita berbicara, Dia mendengar. Dia tidak perlu diberi upah, karena Dia menyembuhkan dengan gratis, Dia tidak menginginkan uang atau imbalan. Dia memperlihatkan kepada kita bahwa sama seperti Dia sanggup menyelamatkan orang-orang berdosa, demikian pula Dia juga bersedia untuk menyembuhkan mereka.
Oleh belas kasih Allah karena imannya maka perubahan yang menggembirakan yang diakibatkan oleh perkataan itu: Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Alam bekerja secara bertahap, tetapi Allah Sang Pencipta alam bekerja dengan segera; Dia berkata, maka itu terjadilah. Allah juga bekerja dengan berhasil; Dia memerintah, dan itu terlaksana. Salah satu mujizat pertama yang diperbuat Musa adalah menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit kusta (Kel.4:7), karena imam-imam yang berada di bawah hukum Taurat harus mempersembahkan persembahan untuk dosa mereka terlebih dulu; tetapi salah satu mujizat Kristus adalah menyembuhkan penyakit kusta pada orang lain, karena Ia tidak mempunyai dosa pribadi untuk ditebus.
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun. Jangan beritahukan kepada siapa pun sampai engkau memperlihatkan dirimu kepada imam, dan dinyatakan tahir olehnya; supaya dengan demikian engkau mempunyai bukti yang sah bahwa sebelumnya engkau terkena kusta dan sekarang benar-benar menjadi tahir." Kristus ingin agar mujizat-Nya bisa tampak dengan segala kejelasan dan bukti yang penuh, dan supaya mujizat itu tidak diberitakan terlebih dulu, sampai segala kejelasan dan bukti yang kuat yang mendukungnya. Perhatikanlah, orang yang mengabarkan kebenaran-kebenaran Kristus harus mampu membuktikan kebenarannya, membela apa yang mereka ajarkan, dan meyakinkan orang yang menyangkalnya. "Jangan beritahukan kepada siapa pun, sampai engkau memperlihatkan dirimu kepada imam, karena kalau ia mendengar siapa yang menyembuhkan engkau, dengan penuh kebencian ia tidak akan mengakui kesembuhanmu, dan dengan demikian engkau akan tetap diasingkan." Begitulah kelakuan imam-imam pada masa Kristus, sehingga orang-orang yang berurusan dengan mereka harus bersikap cerdik seperti ular.
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam (8:4). M
Mengapa Yesus melarang untuk memberitahukan/menceritakan tetapi cukup hanya memperlihatkan diri? Hal ini karena sesuai dengan hukum Taurat (Im.14:2). Kristus sangat menjaga agar hukum Taurat benar-benar dilaksanakan, karena kalau tidak, Ia akan menyakiti orang lain. Dia menjaga supaya aturan tetap terpelihara, dan agar orang yang bertugas mengurus hukum ini dihormati dan dipatuhi dengan tertib. Orang-orang yang dibersihkan dari penyakit kusta rohani dapat mencari bantuan dari hamba-hamba Kristus, dan membagikan permasalahan mereka dengan para hamba itu, supaya hamba-hamba Kristus ini bisa membantu mereka mencari tahu keadaan rohani mereka dan memberikan nasihat dan penghiburan serta berdoa bagi mereka. Namun disisi lain perintah Yesus ini mengandung makna agar kita yang telah mendapat rahmat Allah yang berlimpah harus pergi mewartakan kebaikan dan kabar Gembira Tuhan. Kabar Gembira itu tidak hanya dengan kata-kata tetapi harus dengan perbuatan. Jangan menceritakan, tetapi memperlihatkan dirimu.
D Dengan tingkah laku kita yang telah sembuh secara rohani maupun Jasmani seturut perintah Tuhan adalah menyatakan rasa syukur untuk memuliakan Tuhan bagi mereka yang kurang bahkan tidak percaya kepada Kristus Putra Allah.
Komentar
Posting Komentar