Bacaan hari Kamis, 8 Juni 2023
Markus, 12: 28b - 34
Markus, 12: 28b - 34
Bacaan hari ini kembali kita mendengar tentang diskusi antara seorang ahli taurat dengan Yesus. Bacaan ini adalah kelanjutan pada perikop sebelumnya tentang diskusi orang Saduki dan Yesus akan Kebangkitan orang-orang mati. ( Markus, 12:18- 27).
Ahli Taurat dan orang Farisi merupakan musuh orang Saduki. Dalam peristiwa diskusi Yesus dan orang-orang saduki, ketika ahli-ahli Taurat mendengar Kristus berhasil mendebat orang Saduki, kita mungkin mengira bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi akan mendukung Dia, seperti yang mereka lakukan terhadap Paulus saat dia muncul melawan orang Saduki (Kis. 23:9). Namun, ini tidak terjadi pada Yesus. Yesus bagi mereka tetaplah orang yang berbahaya dan mengancam status mereka. Namun Hanya ada satu orang saja, seorang ahli Taurat, yang sangat menghormati Dia (Yesus) dengan memperhatikan jawaban yang diberikan-Nya kepada orang Saduki. Dia mengakui bahwa jawaban Kristus itu sangat tepat dan sesuai dengan tujuan pertanyaannya (ay. 28). Rupanya ahli taurat ini sungguh ingin belajar pada Kristus, dan tidak mencobai Dia, melainkan ingin mengenal Dia lebih jauh.
Dia bertanya, "Hukum manakah yang paling utama?" (ay.28). Yang dia maksudkan bukan yang pertama dalam hal urutan, tetapi yang pertama dalam hal bobot dan keagungan. Dengan kata lain, maksudnya adalah, "Perintah manakah yang benar-benar harus kita perhatikan secara khusus, yang harus kita patuhi, supaya dengan mematuhinya kita bisa dimampukan untuk mematuhi semua perintah yang lainnya?" Ini tidak berarti bahwa ada perintah Allah yang kecil. Tidak, semua perintah itu berasal dari Allah yang mahabesar, hanya saja, beberapa perintah lebih besar sifatnya daripada yang lain, misalnya peraturan moral lebih utama daripada ritual atau upacara keagamaan. Di luar itu, ada beberapa perintah yang memang terbesar di antara semua perintah yang ada.
Kristus langsung memberikan si ahli Taurat itu jawaban atas pertanyaannya (ay. 29-31). Bagi orang yang sungguh-sungguh berkeinginan tulus untuk diajarkan mengenai kewajibannya, Kristus akan menuntunnya dalam hikmat dan mengajarkannya jalan-Nya. Ia memberitahukan kepada si ahli Taurat itu:
Bahwa perintah yang utama, yang sungguh-sungguh mencakup semua perintah lain di dalamnya, adalah mengasihi Allah dengan segenap hati kita. Di dalam perintah ini terdapat prinsip yang memerintah di dalam jiwa, yang mengatur setiap kewajiban lain. Kasih adalah perasaan yang utama bagi jiwa; kasih akan Allah merupakan anugerah utama yang terdapat dalam jiwa yang telah diperbarui. Ketika kasih kepada Allah ini tidak ada dalam hati, tidak ada hal baik lain seperti apa pun yang dilakukan, atau yang bisa dilakukan dengan benar, atau yang diterima, atau yang terus dilakukan. Mengasihi Allah dengan segenap hati akan membebaskan kita dari, dan mempersenjatai kita untuk melawan, semua hal yang bersaing dengan-Nya untuk bertakhta dalam jiwa kita. Mengasihi Allah juga akan membuat kita melakukan segala hal yang melaluinya Ia akan dimuliakan dan disenangkan. Tidak akan ada perintah yang menimbulkan kesengsaraan bila prinsip kasih ini menguasai perintah itu, dan di atas prinsip kasih ini tidak ada perintah yang lain lagi. Dalam Injil Markus ini, Penebus kita mendahului perintah ini dengan kebenaran ajaran yang sangat penting dan besar yang di atasnya perintah kasih tadi dibangun, yaitu "Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa" (ay. 29). Jika kita percaya akan kebenaran ini dengan teguh, maka ini akan membuka jalan selanjutnya bagi kita untuk mengasihi Dia dengan segenap hati kita. Dialah Yehovah, yang memiliki semua kesempurnaan yang baik dalam diri-Nya; Dialah Allah kita, yang dengan-Nya kita bersekutu dan kepada-Nya kita bertanggung jawab. Oleh karena itu, sepatutnyalah kita mengasihi Dia, memberikan kasih sayang kita kepada-Nya, mengarahkan keinginan kita kepada-Nya, bersukacita di dalam Dia. Allah itu Esa, karena itu Dia harus dikasihi dengan segenap hati kita; hanya Dia yang mempunyai hak sepenuhnya atas kita, dan karena itu sudah selayaknyalah Dia memiliki kita sepenuhnya. Jika Dia satu, hati kita harus menyatu dengan Dia, supaya dengan demikian tidak ada Allah lain lagi, tidak ada saingan lain lagi yang kita akui selain Dia yang duduk di atas takhta.
Bahwa hukum utama yang kedua ialah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (ay. 31), seperti kita mengasihi diri kita sendiri dengan tulus dan sungguh-sungguh, dan sejalan dengan ini, kita harus menunjukkannya dengan berlaku seperti kita ingin diperlakukan. Seperti halnya kita harus mengasihi Allah lebih dari diri kita sendiri, karena Dialah Yehovah, yang tak terkatakan, jauh lebih baik daripada kita, dan kita harus mengasihi Dia dengan segenap hati, karena Dia Allah yang Esa, dan tidak ada lain yang seperti Dia, demikian pula kita harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, karena mereka mempunyai sifat keberadaan yang sama seperti kita; karena hati kita mempunyai bentuk yang sama, karena sesamaku dan aku berasal dari satu tubuh, satu kumpulan, yaitu dari dunia umat manusia; dan kewajiban mengasihi ini akan lebih kuat lagi jika sesama kita itu adalah seorang saudara Kristen, yang berasal dari kumpulan kudus yang sama. Bukankah satu Allah menciptakan kita? (Mal. 2:10). Bukankah satu Kristus yang menyelamatkan kita? Karena itulah Kristus sampai bisa menyatakan ini, "Tidak ada hukum yang lebih utama daripada kedua hukum ini," karena di dalam keduanyalah terkandung penggenapan semua hukum yang lain, dan jika kita sadar untuk menaatinya, maka dengan sendirinya kita juga akan menaati semua hukum yang lainnya.
Ahli Taurat itu setuju dengan apa yang dikatakan Kristus, dan menanggapinya (ay. 32-33). Ia mengomentari jawaban Kristus atas pertanyaannya itu dengan berkata, "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu." Pernyataan Kristus tidak memerlukan pengesahan dari ahli Taurat itu. Akan tetapi, ahli Taurat ini, sebagai seorang berwenang dalam hal hukum Taurat, berpikiran bahwa apa yang dikatakan Kristus itu bisa dikuatkan lagi jika dia mengomentarinya. Komentarnya itu akan dipakai sebagai bukti untuk melawan mereka yang menganiaya Kristus sebagai seorang penipu, bahwa seorang dari mereka sendiri, bahkan seorang ahli Taurat mereka sendiri, mengakui bahwa apa yang dinyatakan Kristus itu adalah suatu kebenaran, dan bahwa tepatlah apa yang dikatakan-Nya itu. Oleh sebab itu kita juga harus mengamini semua perkataan Kristus dan mengakui bahwa semuanya itu sungguh benar. Kita harus mengasihi Dia dengan segenap pengertian, ex holes tes syneseos -- melampaui segala akal; artinya kita harus mengerahkan seluruh kekuatan dan kemampuan akal budi atau pikiran kita dalam mengarahkan kasih sayang dari jiwa kita kepada Allah. Kristus mengatakan, "mengasihi Allah dan sesama kita adalah perintah yang terbesar dari segala perintah;" "Ya, memang," kata ahli Taurat itu, "dan itu lebih baik, jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan, lebih diperkenan Tuhan, dan pada akhirnya kita sendiri yang akan memperoleh berkatnya." Ada sebagian orang yang percaya, bahwa hukum mempersembahkan korban-lah yang merupakan perintah yang terutama dari semua perintah; namun, tanpa berpikir panjang lagi, si ahli Taurat ini langsung setuju dengan Penebus kita dalam hal ini, bahwa hukum kasih kepada Allah dan sesama lebih besar daripada hukum persembahan korban tersebut, bahkan dari keseluruhan korban bakaran, yang murni dimaksudkan untuk kemuliaan Allah.
Kristus setuju dengan apa yang dikatakan si ahli Taurat. Yesus melihat dia menjawab dengan bijaksana dan bebas tanpa harus takut kepada ahli-ahli taurat lainnya. Dengannya Yesus mengatakan bahwa "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah, Kerajaan yang penuh anugerah dan kemuliaan. Engkau berada di jalan yang sesuai untuk menjadi seorang Kristen, seorang murid Kristus." Karena demikianlah, ajaran Kristus sangat menekankan pada kedua hukum ini. Ajaran-Nya dirancang untuk membawa kita langsung kepada Kerajaan Allah. Perhatikanlah, kalau kita menjalani terang yang ada pada kita, maka kita boleh berharap bahwa kita akan dituntun terus oleh anugerah Allah untuk lebih menemukan lagi dengan jelas apa yang ditentukan-Nya bagi kita.
Dialog bersama kristus dengan keterbukaan hati pasti akan membawa sukacita.
U Untuk menjalani kedua hukum utama di jaman ini gampang-gampang susah. Hanya dengan memohon petunjuk dari Dia dan menjalani dengan Roh-Nya pasti hukum terutama yang diberikan dapat dilakukan.
K Yang menjadi susah dan pelit adalah menjalani hukum kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.
Marilah kita mohon Karunia Roh kudus tuk menuntun kita.
K
Komentar
Posting Komentar