Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

LIMA TALENTA YANG DIKEMBANGKAN DENGAN BAIK

 Dalam injil Matius 25:14-30 Yesus menceritakan tentang perumpamaan talenta. Perumpamaan ini, Yesus bercerita tentang seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. Hamba yang menerima lima talenta tidak menyimpannya begitu saja, tetapi langsung berusaha dan mengembangkannya hingga menjadi sepuluh talenta. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa setiap anugerah yang kita terima harus digunakan, bukan disembunyikan. Kita pun seperti hamba itu. Ada yang punya “lima talenta” berupa kepandaian, kekuatan, atau kesempatan besar dalam hidup. Ada juga yang hanya mendapat sedikit. Namun, yang terpenting bukanlah jumlahnya, melainkan kesetiaan kita dalam menggunakannya. Misalnya, orang yang pintar bernyanyi bisa memakai suaranya untuk memuji Tuhan dan menghibur orang lain; seorang yang rajin bekerja bisa menolong keluarganya dan membantu sesama. Kalau kita setia mengembangkan “talenta” yang Tuhan percayakan, maka hasilnya akan berlipat ganda dan membawa berkat bagi banyak orang. Yes...

TETAP SETIA PADA KEBENARAN WALAUPUN AKAN ADA RISIKO

Dalam Injil Markus 6:17-29, kita mendengar kisah Yohanes Pembaptis yang berani menegur Herodes karena hidupnya yang tidak benar. Yohanes tidak takut berkata jujur meski tahu akibatnya bisa membahayakan dirinya. Pada akhirnya, ia kehilangan nyawanya, tetapi kesetiaannya pada kebenaran tetap hidup dan menjadi teladan bagi banyak orang. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup sehari-hari, kita juga sering dihadapkan pada pilihan: mengikuti kebenaran atau diam karena takut. Mungkin kita tidak sampai kehilangan nyawa seperti Yohanes, tetapi berkata jujur dan hidup benar sering membuat kita tidak disukai orang lain. Namun, Yesus menghendaki agar kita tetap berani seperti Yohanes, karena kebenaran selalu membawa kita lebih dekat kepada Allah.   Merry Bidho                                                 ...

HIDUP JANGAN HANYA BAGUS DI LUAR, TAPI JUGA HARUS BERSIH DI DALAM

 Saudara/saudari yang terkasih dalam Injil Matius 23:27-32 Yesus menegur orang-orang Farisi yang hanya mementingkan penampilan luar. Mereka kelihatan baik dan suci dari luar, tapi di dalam hati penuh keburukan. Yesus menyamakan mereka seperti kuburan.  Yang hanya indah dilihat, tapi di dalamnya penuh tulang belulang. Dari sini Yesus mau mengingatkan kita, bahwa Tuhan tidak hanya melihat penampilan umat-Nya dari luar , tetapi juga isi hati yang terdalam.  Karena dalam hidup sehari-hari kita juga sering kali ingin terlihat baik di depan orang lain. Rajin ikut misa, banyak membantu, atau suka memberi nasihat. Kita lakukan itu hanya untuk dapat pujian semata. Jika kita melakukan hal baik hanya untuk dilihat atau dipuji orang, berarti kita sama halnya seperti orang Farisi.  Tuhan menghendaki kita punya hati yang tulus dan bersih, supaya apa yang kita lakukan bukan hanya untuk dilihat orang atau untuk dipuji orang,  tetapi sungguh lahir dari kasih hati yang bersih. Ma...

MULAILAH DARI HATI YANG BERSIH

Saudara-saudari terkasih, dalam Injil Matius 23:23-26, Yesus menegur orang Farisi dan ahli Taurat yang hanya sibuk mengurus hal-hal kecil seperti persepuluhan, tetapi melupakan hal yang jauh lebih penting: keadilan, belas kasih, dan kesetiaan. Mereka juga tampak bersih di luar, tetapi di dalam hatinya kotor. Yesus menegaskan bahwa yang harus dibersihkan lebih dahulu adalah bagian dalam cawan, yaitu hati manusia. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua, jangan hanya berfokus pada penampilan luar atau kebiasaan rohani yang di indrai, tetapi juga memperhatikan hati kita. Kalau hati kita dipenuhi kasih, kejujuran, dan kepedulian, maka segala perbuatan lahiriah kita juga akan benar-benar berkenan di hadapan Tuhan. Maka marilah kita mulai dari hati yang bersih, supaya iman kita tidak hanya tampak dari luar, melainkan sungguh hidup dan nyata dalam kasih kepada sesama.                               ...

KASIH MENJADI HUKUM YANG UTAMA

     Matius 22:34-40 Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini Yesus menegaskan hukum yang paling utama yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Segala peraturan, hukum, dan ajaran iman sebenarnya berpangkal pada kasih. Tanpa kasih, semua perbuatan baik hanya akan menjadi kewajiban kosong yang tidak bermakna. Yesus mengingatkan kita bahwa hubungan dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari hubungan dengan sesama. Mengaku cinta Tuhan tetapi membenci sesama berarti kita belum sungguh memahami hukum kasih. Sebaliknya, ketika kita peduli, menolong, dan menghargai sesama, saat itu juga kita sedang mengasihi Allah yang hadir dalam diri mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajak untuk mengekspresikan kasih bukan hanya dengan kata-kata, tetapi lewat sikap nyata: menghargai keluarga, membantu yang lemah, memaafkan yang bersalah, dan menjaga persaudaraan. Dengan demikian, kasih yang kita hidupi sungguh menj...

Hidup Layak sebagai Tamu dalam Kerajaan Allah i

  Matius 22:1-14 Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini mengisahkan perumpamaan tentang perjamuan kawin yang disiapkan raja. Banyak orang yang diundang, tetapi mereka menolak dan bahkan ada yang berlaku kasar terhadap para utusan. Akhirnya raja mengundang semua orang dari jalanan, baik yang jahat maupun yang baik, supaya ruang perjamuan penuh. Namun, ada satu orang yang tidak mengenakan pakaian pesta dan akhirnya dikeluarkan. Melalui kisah ini Yesus ingin menegaskan bahwa Allah selalu mengundang kita masuk ke dalam perjamuan kasih-Nya. Semua orang diundang, tanpa terkecuali. Tetapi undangan itu menuntut sikap yang layak, yaitu hati yang siap, iman yang hidup, dan perbuatan yang nyata. Tidak cukup hanya hadir, tetapi kita harus mengenakan “pakaian pesta,” yakni hidup yang selaras dengan kehendak Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menerima undangan Allah lewat doa, misa, sabda-Nya, maupun perbuatan kasih. Pertanyaannya, apakah kita siap hadir dengan hati terbuka, atau ...

Janji Hidup Kekal bagi yang Setia

  Saudara-saudari, dalam Injil Matius 19:23-30 Yesus mengingatkan bahwa orang yang terlalu terikat pada harta sulit masuk ke surga. Tetapi Yesus menegaskan, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Keselamatan adalah rahmat dari Tuhan, bukan hasil dari harta atau kekuasaan kita. Yesus berjanji, siapa pun yang rela meninggalkan segalanya demi Dia akan menerima balasan yang berlimpah dan hidup kekal. Maka marilah kita tetap setia kepada Tuhan, tidak terlalu melekat pada harta, dan percaya pada janji-Nya yang pasti memberi kehidupan abadi. Merry Bidho Mahasiswa STIPAR ENDE

Kerendahan Hati adalah Kunci Masuk Kerajaan Surga"tgp

  Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini Yesus menunjukkan kasih dan perhatian-Nya kepada anak-anak. Ketika murid-murid mencoba menghalangi mereka, Yesus menegur dan berkata bahwa Kerajaan Surga adalah milik orang-orang yang seperti anak-anak. Anak kecil identik dengan hati yang polos, tulus, dan percaya penuh kepada orang tuanya. Yesus mengajarkan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga, kita juga harus memiliki hati yang sederhana dan bersih seperti mereka—tidak penuh perhitungan, iri hati, atau kebanggaan diri. Dalam hidup sehari-hari, kita sering terjebak dalam kesibukan, ambisi, dan masalah yang membuat hati kita keras. Injil ini mengajak kita untuk belajar dari sikap anak-anak: mudah percaya, mau menerima, dan tidak menyimpan dendam. Jika kita kembali memiliki hati yang tulus dan rendah hati, kita akan semakin dekat dengan Tuhan dan dapat merasakan damai-Nya. Mari kita membuka hati kita seperti anak kecil, sehingga kasih Tuhan bisa memenuhi dan membimbing hidup kita. Merry ...

Kesetiaan dalam Perjanjian Cinta

Matius: 19:1-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 19:3-12 menceritakan tentang orang farisi yang datang untuk mencobai Yesus, mereka bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya? Dengan alasan apa saja. Lalu Yesus menjawab tidakkah kalian baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita ? Dan Ia bersabda sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya? Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan maanusia. Dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan hukum atau tradisi, tetapi sebuah perjanjian kudus yang dimeteraikan oleh Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetiaan ini bukan hanya berlaku bagi suami-istri, tetapi juga bagi setiap panggilan hidup yang kita jalani. Bagi yang menikah, kesetiaan diwujudkan dalam komitmen un...

Mengampuni Tanpa Batas, Mengasihi Sepenuh Hati

  Saudara-saudari terkasih, Petrus pernah bertanya kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?” Ia pikir mengampuni tujuh kali sudah cukup banyak. Namun Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali.” Artinya, pengampunan itu tidak boleh dibatasi oleh hitungan. Yesus lalu menceritakan perumpamaan tentang hamba yang diampuni utangnya oleh tuannya, tetapi ia sendiri tidak mau mengampuni orang yang berutang kepadanya. Dari kisah ini kita diingatkan bahwa kita pun adalah orang berdosa yang telah diampuni Tuhan begitu besar, sehingga kita juga harus mau mengampuni orang lain, sekecil apa pun kesalahannya terhadap kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering sulit mengampuni karena hati masih dikuasai sakit hati atau dendam. Namun Yesus mengajak kita untuk mengampuni dengan tulus, bukan karena orang itu layak, melainkan karena kasih Tuhan yang sudah lebih dahulu mengampuni kita. Pengampunan membebaskan hati kita dari beban ...

Mengampuni dan Memperbaiki Hubungan dengan Kasih

  Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...

"Percaya kepada Yesus di Tengah Masalah"

  Dalam Injil Matius 14:22-36, para murid sedang berada di perahu ketika angin kencang dan ombak datang. Mereka takut, lalu Yesus datang berjalan di atas air untuk menenangkan mereka. Petrus sempat berjalan di atas air, tapi ia mulai tenggelam saat ia takut dan ragu. Lalu Yesus segera menolongnya. Saudara dan saudari, dalam hidup kita pun sering ada masalah dan kesulitan. Kadang kita merasa takut, bingung, atau mau menyerah. Tapi seperti Yesus menolong Petrus, Yesus juga mau menolong kita. Kita hanya perlu percaya dan memanggil nama-Nya. Jangan menyerah saat masalah datang. Ingat, Yesus selalu dekat dan siap menolong kita. Merry Bidho Mahasiswa STIPAR Ende

Tetap Setia Dalam Kebenaran

  Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini mengisahkan tentang Yohanes Pembaptis yang dihukum mati karena ia berani mengatakan yang benar kepada Raja Herodes. Yohanes tidak takut, walau tahu bahwa kata-katanya bisa menimbulkan masalah. Ia tetap setia pada tugasnya sebagai nabi, sebagai suara kebenaran dari Tuhan. Sikap ini menjadi contoh bagi kita semua: bahwa hidup dalam kebenaran kadang tidak mudah, tapi itulah yang dikehendaki Allah. Saudara-saudari, Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering dihadapkan pada pilihan: apakah akan diam terhadap ketidakadilan, atau berani menyuarakan yang benar? Entah di sekolah, di rumah, atau di lingkungan sekitar, Tuhan mengajak kita untuk menjadi seperti Yohanes—setia pada kebenaran meski sulit. Mari kita mohon kekuatan dari Tuhan agar kita tidak takut menjadi pribadi yang jujur dan setia, karena Tuhan selalu menyertai orang yang hidup dalam kebenaran. Tuhan Memberkati Merry Bidho Mahasiswa STIPAR Ende