Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

TUHAN PEDULI DAN MAMPU MENOLONG KITA DI SAAT SULIT

  Dalam Injil Lukas 7:11–17, menceritakan tentang Yesus bertemu dengan seorang ibu janda di kota Nain yang sedang sangat berduka karena anak tunggalnya meninggal. Ia sudah kehilangan suami, dan sekarang kehilangan satu-satunya anak. Hidupnya pasti terasa sangat hancur dan putus harapan. Tapi ketika Yesus melihatnya, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia berkata, "Jangan menangis," lalu membangkitkan anak itu. Dari duka yang sangat dalam, ibu itu kembali mendapatkan sukacita bukan karena kekuatannya, tapi karena pertolongan Tuhan. Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan tahu dan peduli dengan penderitaan kita. Dalam hidup sehari-hari, kita mungkin juga menghadapi kesedihan, kehilangan, atau masalah berat. Tapi Tuhan tidak tinggal diam. Ia bisa hadir dan menolong kita, bahkan saat kita merasa semuanya sudah terlambat. Saat kita percaya dan berharap kepada-Nya, Tuhan bisa mengubah dukacita kita menjadi sukacita  seperti yang Ia lakukan kepada ibu di kota Nain.      ...

HATI YANG BAIK HIDUP YANG KUAT

Saudari/saudara yang terkasih dalam Kristus. Dalam Injil Lukas 10:43-49 Yesus mengatakan bahwa tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Dalam bacaan ini Yesus mengajarkan bahwa  hidup kita itu seperti pohon. Kalau pohonnya baik, maka buahnya juga akan baik. Maksudnya, kalau hati kita dipenuhi kasih dan kebaikan dari Tuhan, maka ucapan dan tindakan kita juga akan mencerminkan itu. Tapi kalau hati kita dipenuhi hal-hal buruk, seperti marah, iri, atau dendam, maka sikap kita pun akan ikut buruk. Dalam kehidupan sehari-hari, hal  ini bisa terlihat dari cara kita berbicara, bersikap kepada orang lain, atau saat menghadapi masalah apakah kita tetap sabar dan mengasihi, atau justru mudah tersinggung dan menyakiti orang lain.                                            ...

PERCAYALAH KEPADA YESUS MAKA KAMU AKAN MEMPEROLEH BERKAT YANG MELIMPAH

 Kisah dalam Lukas 5:1-11 menceritakan bagaimana Yesus meminta Simon untuk menebarkan jala kembali setelah semalaman mereka tidak mendapatkan ikan. Awalnya Simon ragu karena sudah berusaha keras, tapi akhirnya ia menuruti perkataan Yesus. Hasilnya luar biasa, jala mereka penuh dengan ikan sampai hampir robek. Dari situ Simon menyadari kuasa Tuhan dan merasa tidak layak, tapi Yesus justru memanggilnya untuk menjadi penjala manusia. Dalam hidup sehari-hari, kita pun sering seperti Simon. Sudah berusaha keras, tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Kadang kita merasa capek, putus asa, bahkan ingin menyerah. Tetapi kisah ini mengingatkan kita: kalau kita mau mendengarkan dan percaya pada Yesus, hal yang mustahil bisa terjadi. Tuhan bisa mengubah kegagalan menjadi berkat yang melimpah. Lebih dari itu, Yesus memanggil kita untuk ikut dalam karya-Nya, bukan hanya mencari berkat, tapi juga membagikan kasih-Nya kepada orang lain.                ...

YESUS DATANG MEMBAWA KESELAMATAN DAN MELAYANI SEMUA ORANG

 Dalam injil Lukas 4:38-44 menceritakan tentang Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon yang sedang sakit demam. Setelah sembuh, ibu mertua Simon langsung bangun dan melayani mereka. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa setiap berkat dan kesembuhan yang kita terima bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga supaya kita bisa melayani orang lain. Yesus juga tidak hanya berhenti di satu tempat. Ia terus berjalan dari satu kota ke kota lain untuk mewartakan kabar gembira tentang Kerajaan Allah. Artinya, kasih Tuhan itu tidak terbatas hanya untuk sebagian orang, tetapi untuk semua orang. Kita pun diajak untuk tidak hanya diam pada kenyamanan kita sendiri, tetapi juga berani keluar, berbagi kasih, dan menghadirkan kebaikan bagi sesama.                                                                ...

YESUS DATANG MEMBAWA KESEMBUHAN

Saudara/saudari dalam Injil Lukas 4:31-37 kita melihat bagaimana Yesus mengajar dengan penuh kuasa, bahkan roh jahat pun takluk pada-Nya. Orang-orang heran karena ajaran-Nya berbeda dengan guru-guru lain: penuh wibawa, penuh kuasa, dan nyata dalam tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya berbicara, tetapi juga benar-benar menghadirkan kuasa Allah yang menyembuhkan dan membebaskan.  Dalam hidup sehari-hari, kita sering merasa lemah atau takut menghadapi masalah, entah itu sakit, kesulitan ekonomi, atau pergumulan batin. Bacaan ini mengingatkan kita bahwa Yesus hadir untuk memberi kita kekuatan. Sama seperti roh jahat diusir oleh Yesus, begitu juga Yesus bisa mengusir rasa takut, putus asa, dan segala hal yang mengikat hidup kita. Kita hanya perlu percaya dan membuka hati, sehingga kuasa kasih-Nya dapat bekerja dalam diri kita. Dengan begitu, kita pun bisa hidup lebih bebas, tenang, dan penuh sukacita.                 ...

LIMA TALENTA YANG DIKEMBANGKAN DENGAN BAIK

 Dalam injil Matius 25:14-30 Yesus menceritakan tentang perumpamaan talenta. Perumpamaan ini, Yesus bercerita tentang seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. Hamba yang menerima lima talenta tidak menyimpannya begitu saja, tetapi langsung berusaha dan mengembangkannya hingga menjadi sepuluh talenta. Tuhan Yesus ingin menunjukkan bahwa setiap anugerah yang kita terima harus digunakan, bukan disembunyikan. Kita pun seperti hamba itu. Ada yang punya “lima talenta” berupa kepandaian, kekuatan, atau kesempatan besar dalam hidup. Ada juga yang hanya mendapat sedikit. Namun, yang terpenting bukanlah jumlahnya, melainkan kesetiaan kita dalam menggunakannya. Misalnya, orang yang pintar bernyanyi bisa memakai suaranya untuk memuji Tuhan dan menghibur orang lain; seorang yang rajin bekerja bisa menolong keluarganya dan membantu sesama. Kalau kita setia mengembangkan “talenta” yang Tuhan percayakan, maka hasilnya akan berlipat ganda dan membawa berkat bagi banyak orang. Yes...

TETAP SETIA PADA KEBENARAN WALAUPUN AKAN ADA RISIKO

Dalam Injil Markus 6:17-29, kita mendengar kisah Yohanes Pembaptis yang berani menegur Herodes karena hidupnya yang tidak benar. Yohanes tidak takut berkata jujur meski tahu akibatnya bisa membahayakan dirinya. Pada akhirnya, ia kehilangan nyawanya, tetapi kesetiaannya pada kebenaran tetap hidup dan menjadi teladan bagi banyak orang. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup sehari-hari, kita juga sering dihadapkan pada pilihan: mengikuti kebenaran atau diam karena takut. Mungkin kita tidak sampai kehilangan nyawa seperti Yohanes, tetapi berkata jujur dan hidup benar sering membuat kita tidak disukai orang lain. Namun, Yesus menghendaki agar kita tetap berani seperti Yohanes, karena kebenaran selalu membawa kita lebih dekat kepada Allah.   Merry Bidho                                                 ...

HIDUP JANGAN HANYA BAGUS DI LUAR, TAPI JUGA HARUS BERSIH DI DALAM

 Saudara/saudari yang terkasih dalam Injil Matius 23:27-32 Yesus menegur orang-orang Farisi yang hanya mementingkan penampilan luar. Mereka kelihatan baik dan suci dari luar, tapi di dalam hati penuh keburukan. Yesus menyamakan mereka seperti kuburan.  Yang hanya indah dilihat, tapi di dalamnya penuh tulang belulang. Dari sini Yesus mau mengingatkan kita, bahwa Tuhan tidak hanya melihat penampilan umat-Nya dari luar , tetapi juga isi hati yang terdalam.  Karena dalam hidup sehari-hari kita juga sering kali ingin terlihat baik di depan orang lain. Rajin ikut misa, banyak membantu, atau suka memberi nasihat. Kita lakukan itu hanya untuk dapat pujian semata. Jika kita melakukan hal baik hanya untuk dilihat atau dipuji orang, berarti kita sama halnya seperti orang Farisi.  Tuhan menghendaki kita punya hati yang tulus dan bersih, supaya apa yang kita lakukan bukan hanya untuk dilihat orang atau untuk dipuji orang,  tetapi sungguh lahir dari kasih hati yang bersih. Ma...

MULAILAH DARI HATI YANG BERSIH

Saudara-saudari terkasih, dalam Injil Matius 23:23-26, Yesus menegur orang Farisi dan ahli Taurat yang hanya sibuk mengurus hal-hal kecil seperti persepuluhan, tetapi melupakan hal yang jauh lebih penting: keadilan, belas kasih, dan kesetiaan. Mereka juga tampak bersih di luar, tetapi di dalam hatinya kotor. Yesus menegaskan bahwa yang harus dibersihkan lebih dahulu adalah bagian dalam cawan, yaitu hati manusia. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua, jangan hanya berfokus pada penampilan luar atau kebiasaan rohani yang di indrai, tetapi juga memperhatikan hati kita. Kalau hati kita dipenuhi kasih, kejujuran, dan kepedulian, maka segala perbuatan lahiriah kita juga akan benar-benar berkenan di hadapan Tuhan. Maka marilah kita mulai dari hati yang bersih, supaya iman kita tidak hanya tampak dari luar, melainkan sungguh hidup dan nyata dalam kasih kepada sesama.                               ...

KASIH MENJADI HUKUM YANG UTAMA

     Matius 22:34-40 Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini Yesus menegaskan hukum yang paling utama yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Segala peraturan, hukum, dan ajaran iman sebenarnya berpangkal pada kasih. Tanpa kasih, semua perbuatan baik hanya akan menjadi kewajiban kosong yang tidak bermakna. Yesus mengingatkan kita bahwa hubungan dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari hubungan dengan sesama. Mengaku cinta Tuhan tetapi membenci sesama berarti kita belum sungguh memahami hukum kasih. Sebaliknya, ketika kita peduli, menolong, dan menghargai sesama, saat itu juga kita sedang mengasihi Allah yang hadir dalam diri mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajak untuk mengekspresikan kasih bukan hanya dengan kata-kata, tetapi lewat sikap nyata: menghargai keluarga, membantu yang lemah, memaafkan yang bersalah, dan menjaga persaudaraan. Dengan demikian, kasih yang kita hidupi sungguh menj...

Hidup Layak sebagai Tamu dalam Kerajaan Allah i

  Matius 22:1-14 Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini mengisahkan perumpamaan tentang perjamuan kawin yang disiapkan raja. Banyak orang yang diundang, tetapi mereka menolak dan bahkan ada yang berlaku kasar terhadap para utusan. Akhirnya raja mengundang semua orang dari jalanan, baik yang jahat maupun yang baik, supaya ruang perjamuan penuh. Namun, ada satu orang yang tidak mengenakan pakaian pesta dan akhirnya dikeluarkan. Melalui kisah ini Yesus ingin menegaskan bahwa Allah selalu mengundang kita masuk ke dalam perjamuan kasih-Nya. Semua orang diundang, tanpa terkecuali. Tetapi undangan itu menuntut sikap yang layak, yaitu hati yang siap, iman yang hidup, dan perbuatan yang nyata. Tidak cukup hanya hadir, tetapi kita harus mengenakan “pakaian pesta,” yakni hidup yang selaras dengan kehendak Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menerima undangan Allah lewat doa, misa, sabda-Nya, maupun perbuatan kasih. Pertanyaannya, apakah kita siap hadir dengan hati terbuka, atau ...

Janji Hidup Kekal bagi yang Setia

  Saudara-saudari, dalam Injil Matius 19:23-30 Yesus mengingatkan bahwa orang yang terlalu terikat pada harta sulit masuk ke surga. Tetapi Yesus menegaskan, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Keselamatan adalah rahmat dari Tuhan, bukan hasil dari harta atau kekuasaan kita. Yesus berjanji, siapa pun yang rela meninggalkan segalanya demi Dia akan menerima balasan yang berlimpah dan hidup kekal. Maka marilah kita tetap setia kepada Tuhan, tidak terlalu melekat pada harta, dan percaya pada janji-Nya yang pasti memberi kehidupan abadi. Merry Bidho Mahasiswa STIPAR ENDE

Kerendahan Hati adalah Kunci Masuk Kerajaan Surga"tgp

  Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini Yesus menunjukkan kasih dan perhatian-Nya kepada anak-anak. Ketika murid-murid mencoba menghalangi mereka, Yesus menegur dan berkata bahwa Kerajaan Surga adalah milik orang-orang yang seperti anak-anak. Anak kecil identik dengan hati yang polos, tulus, dan percaya penuh kepada orang tuanya. Yesus mengajarkan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga, kita juga harus memiliki hati yang sederhana dan bersih seperti mereka—tidak penuh perhitungan, iri hati, atau kebanggaan diri. Dalam hidup sehari-hari, kita sering terjebak dalam kesibukan, ambisi, dan masalah yang membuat hati kita keras. Injil ini mengajak kita untuk belajar dari sikap anak-anak: mudah percaya, mau menerima, dan tidak menyimpan dendam. Jika kita kembali memiliki hati yang tulus dan rendah hati, kita akan semakin dekat dengan Tuhan dan dapat merasakan damai-Nya. Mari kita membuka hati kita seperti anak kecil, sehingga kasih Tuhan bisa memenuhi dan membimbing hidup kita. Merry ...

Kesetiaan dalam Perjanjian Cinta

Matius: 19:1-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 19:3-12 menceritakan tentang orang farisi yang datang untuk mencobai Yesus, mereka bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya? Dengan alasan apa saja. Lalu Yesus menjawab tidakkah kalian baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita ? Dan Ia bersabda sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya? Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan maanusia. Dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan hukum atau tradisi, tetapi sebuah perjanjian kudus yang dimeteraikan oleh Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetiaan ini bukan hanya berlaku bagi suami-istri, tetapi juga bagi setiap panggilan hidup yang kita jalani. Bagi yang menikah, kesetiaan diwujudkan dalam komitmen un...

Mengampuni Tanpa Batas, Mengasihi Sepenuh Hati

  Saudara-saudari terkasih, Petrus pernah bertanya kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?” Ia pikir mengampuni tujuh kali sudah cukup banyak. Namun Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali.” Artinya, pengampunan itu tidak boleh dibatasi oleh hitungan. Yesus lalu menceritakan perumpamaan tentang hamba yang diampuni utangnya oleh tuannya, tetapi ia sendiri tidak mau mengampuni orang yang berutang kepadanya. Dari kisah ini kita diingatkan bahwa kita pun adalah orang berdosa yang telah diampuni Tuhan begitu besar, sehingga kita juga harus mau mengampuni orang lain, sekecil apa pun kesalahannya terhadap kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering sulit mengampuni karena hati masih dikuasai sakit hati atau dendam. Namun Yesus mengajak kita untuk mengampuni dengan tulus, bukan karena orang itu layak, melainkan karena kasih Tuhan yang sudah lebih dahulu mengampuni kita. Pengampunan membebaskan hati kita dari beban ...

Mengampuni dan Memperbaiki Hubungan dengan Kasih

  Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...

"Percaya kepada Yesus di Tengah Masalah"

  Dalam Injil Matius 14:22-36, para murid sedang berada di perahu ketika angin kencang dan ombak datang. Mereka takut, lalu Yesus datang berjalan di atas air untuk menenangkan mereka. Petrus sempat berjalan di atas air, tapi ia mulai tenggelam saat ia takut dan ragu. Lalu Yesus segera menolongnya. Saudara dan saudari, dalam hidup kita pun sering ada masalah dan kesulitan. Kadang kita merasa takut, bingung, atau mau menyerah. Tapi seperti Yesus menolong Petrus, Yesus juga mau menolong kita. Kita hanya perlu percaya dan memanggil nama-Nya. Jangan menyerah saat masalah datang. Ingat, Yesus selalu dekat dan siap menolong kita. Merry Bidho Mahasiswa STIPAR Ende

Tetap Setia Dalam Kebenaran

  Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini mengisahkan tentang Yohanes Pembaptis yang dihukum mati karena ia berani mengatakan yang benar kepada Raja Herodes. Yohanes tidak takut, walau tahu bahwa kata-katanya bisa menimbulkan masalah. Ia tetap setia pada tugasnya sebagai nabi, sebagai suara kebenaran dari Tuhan. Sikap ini menjadi contoh bagi kita semua: bahwa hidup dalam kebenaran kadang tidak mudah, tapi itulah yang dikehendaki Allah. Saudara-saudari, Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering dihadapkan pada pilihan: apakah akan diam terhadap ketidakadilan, atau berani menyuarakan yang benar? Entah di sekolah, di rumah, atau di lingkungan sekitar, Tuhan mengajak kita untuk menjadi seperti Yohanes—setia pada kebenaran meski sulit. Mari kita mohon kekuatan dari Tuhan agar kita tidak takut menjadi pribadi yang jujur dan setia, karena Tuhan selalu menyertai orang yang hidup dalam kebenaran. Tuhan Memberkati Merry Bidho Mahasiswa STIPAR Ende

Hidup Kita Akan Dinilai Tuhan”

 Matius 13:47–53 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Surga seperti jaring yang menangkap banyak ikan. Setelah ditarik ke darat, ikan-ikan itu dipilih yang baik dikumpulkan, yang buruk dibuang. Ini menggambarkan bahwa pada akhir zaman, Tuhan akan menilai hidup setiap orang. Kita semua akan "disaring" berdasarkan perbuatan dan hati kita selama hidup di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk berbuat baik atau jahat. Bacaan ini mengajak kita untuk terus berusaha hidup benar di hadapan Tuhan, meskipun tidak selalu mudah. Setiap hal kecil yang kita lakukan dengan kasih dan kebaikan, Tuhan perhatikan. Mari kita jadikan hidup kita sebagai “ikan yang baik” yang layak dikumpulkan dalam Kerajaan Surga. Merry Bidho Mahasiswi. STIPAR Ende

"Kerelaan Melepaskan Demi Sesuatu yang Lebih Mulia"

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 13:44-46 menggambarkan bagaimana seseorang yang menemukan harta terpendam dan seorang pedagang yang menemukan mutiara indah rela menjual seluruh miliknya untuk mendapatkannya. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang nilai Kerajaan Allah yang begitu besar, sehingga pantas untuk diperjuangkan dengan seluruh hidup kita. Tidak mudah untuk melepaskan hal-hal yang sudah kita miliki, tetapi Yesus mengajak kita melihat bahwa ada sesuatu yang jauh lebih berharga: keselamatan dan hidup dalam kasih Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin kita juga diminta untuk melepaskan ego, keinginan pribadi, atau bahkan kenyamanan hidup, demi mengikuti jalan Tuhan. Mungkin kita diminta untuk memprioritaskan waktu bagi keluarga, pelayanan, atau kehidupan rohani, walau harus mengorbankan kesenangan duniawi. Namun, jika kita melakukannya dengan iman, kita tidak akan per karena yang kita peroleh adalah sukacita sejati bersama Tuhan, yang nilainya...

Iman yang Percaya Akan Kebangkitan Hidup

  Yohanes 11:19-27: Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam perikop ini kita melihat perjumpaan yang penuh harapan antara Yesus dan Marta, setelah kematian Lazarus. Marta, meskipun sedang berduka, tetap memegang imannya kepada Yesus. Ia percaya bahwa jika Yesus hadir, saudaranya tidak akan mati. Bahkan lebih dari itu, Marta percaya bahwa Allah akan mengabulkan apa pun yang diminta Yesus, dan ia mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Ini adalah bentuk iman yang teguh, meskipun situasi yang dialami begitu menyakitkan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita berada dalam situasi "kematian" entah itu kegagalan, kekecewaan, atau kehilangan yang membuat kita merasa hancur. Namun Yesus datang dan berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup." Artinya, di dalam Dia selalu ada harapan dan kehidupan baru. Tuhan tidak hanya memberi penghiburan, tetapi juga mengajak kita percaya bahwa bersama Dia, kematian bukan akhir. Semoga kita belajar dari Marta u...

Pertumbuhan yang Dimulai dari Hal Kecil

  Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam Injil Matius 13:31-35, Yesus menggambarkan Kerajaan Surga dengan perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Biji sesawi adalah yang terkecil dari segala jenis benih, tetapi ketika tumbuh, ia menjadi pohon yang besar hingga burung-burung datang bersarang. Demikian juga, ragi yang hanya sedikit dapat membuat seluruh adonan mengembang. Melalui gambaran ini, Yesus mengajarkan bahwa karya Allah sering dimulai dari hal-hal kecil, tersembunyi, bahkan tampak tidak berarti, tetapi memiliki kekuatan luar biasa untuk bertumbuh dan mengubah segala sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering meremehkan tindakan kecil—seperti memberi senyuman, mendengarkan orang lain, membantu dengan tulus, atau mendoakan sesama. Namun tindakan kecil ini, jika dilakukan dengan kasih, dapat berdampak besar dalam hidup orang lain. Sama seperti ragi dalam adonan, kehadiran kita bisa membawa perubahan dalam keluarga, sekolah, atau komunitas jika kita hidup de...

Pelayanan Adalah Jalan Menuju Kemuliaan

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Dalam Injil hari ini, Ibu dari anak-anak Zebedeus datang kepada Yesus dan meminta tempat yang mulia bagi kedua anaknya. Namun Yesus mengajarkan bahwa jalan menuju kemuliaan bukanlah dengan mencari posisi tinggi, tetapi dengan menjadi pelayan. Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan hidup-Nya bagi banyak orang. Ini adalah kebalikan dari pola pikir dunia, yang seringkali mengejar kekuasaan dan kehormatan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, ajaran Yesus ini mengajak kita untuk rendah hati dan bersedia melayani sesama, entah di rumah, di tempat kerja, di komunitas, atau di Gereja. Menjadi pelayan berarti siap membantu tanpa pamrih, mendengarkan dengan hati, dan berkorban demi kebaikan bersama. Ketika kita melayani dengan kasih, di situlah kita mencerminkan wajah Kristus dan mengalami sukacita sejati yang tidak bisa diberikan oleh dunia. Merry Bidho Mahasiswi STIPAR Ende

Hati yang Terbuka untuk Mengerti Sabda Tuhan

  Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 13:10-17, Yesus menjelaskan mengapa Ia mengajar orang banyak dengan perumpamaan. Hanya mereka yang "mau mendengar" dan "mau melihat" yang akan sungguh mengerti makna sabda Tuhan. Orang-orang yang keras hati dan tidak mau membuka diri akan sulit memahami kehendak Allah, sekalipun mereka melihat dan mendengar langsung. Dalam hidup kita sehari-hari, kadang kita juga seperti orang-orang itu — sibuk, cuek, atau terlalu nyaman dengan hidup kita sendiri, sehingga sulit mendengar suara Tuhan. Tuhan berbicara melalui Kitab Suci, orang lain, bahkan peristiwa kecil dalam hidup. Tapi jika hati kita tertutup, kita tidak akan menangkap pesan-Nya. Marilah kita belajar memiliki hati yang terbuka dan rendah hati, agar mampu menangkap makna sabda Tuhan dalam hidup kita. Semoga kita menjadi pribadi yang tidak hanya mendengar, tetapi juga mengerti dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Merry Bidho Mahasiswi STIP...

Hati yang Siap Menerima Firman Tuhan

  Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 13:1-9, Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur benih di berbagai jenis tanah. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu, di semak berduri, dan di tanah yang subur. Benih itu adalah Firman Tuhan, dan tanah-tanah itu melambangkan hati manusia. Hanya tanah yang suburlah yang mampu menghasilkan buah berlimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa bertanya pada diri sendiri: bagaimana kondisi hati kita saat mendengarkan Firman Tuhan? Apakah kita seperti tanah berbatu, yang mudah menyerah saat ada tantangan? Atau seperti semak berduri, yang membiarkan kekhawatiran dan kesenangan dunia mengalahkan iman kita? Mari kita berusaha menjadi seperti tanah yang subur—hati yang terbuka, mau mendengarkan dan melakukan kehendak Tuhan, agar hidup kita bisa menghasilkan buah yang baik bagi sesama. Merry Bidho Mahasiswi STIPAR Ende