Dalam Injil Lukas 14:1-6, Yesus menyembuhkan seorang penderita sakit busung air pada hari Sabat di rumah seorang pemimpin Farisi. Melalui tindakan ini, Yesus menegaskan bahwa kasih dan belas kasihan tidak boleh dibatasi oleh aturan atau tradisi keagamaan. Ia menunjukkan bahwa melakukan kebaikan dan menolong sesama adalah kehendak Allah yang sejati, bahkan di hari yang dianggap “khusus”. Dalam kehidupan kita, sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan aturan yang membuat kita lupa pada inti ajaran Kristus, yaitu kasih. Perikop ini mengajak kita untuk berani mendahulukan kemanusiaan dan kasih dalam setiap situasi bahwa membantu orang yang menderita, kapan pun dan di mana pun, selalu lebih berharga di mata Tuhan daripada sekadar menaati aturan tanpa cinta.
Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...


Komentar
Posting Komentar