Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2025

BELAS KASIH LEBIH UTAMA DARI ATURAN

Dalam Injil Lukas 14:1-6, Yesus menyembuhkan seorang penderita sakit busung air pada hari Sabat di rumah seorang pemimpin Farisi. Melalui tindakan ini, Yesus menegaskan bahwa kasih dan belas kasihan tidak boleh dibatasi oleh aturan atau tradisi keagamaan. Ia menunjukkan bahwa melakukan kebaikan dan menolong sesama adalah kehendak Allah yang sejati, bahkan di hari yang dianggap “khusus”. Dalam kehidupan kita, sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan aturan yang membuat kita lupa pada inti ajaran Kristus, yaitu kasih. Perikop ini mengajak kita untuk berani mendahulukan kemanusiaan dan kasih dalam setiap situasi bahwa membantu orang yang menderita, kapan pun dan di mana pun, selalu lebih berharga di mata Tuhan daripada sekadar menaati aturan tanpa cinta. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

PERJUANGAN UNTUK KETAATAN DAN KESELAMATAN

 Dalam injil 13: 24 Yesus menjawab orang Farisi yang menyuruh-Nya untuk pergi karena Herodes akan membunuh Yesus. Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!" Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Pintu yang sesak itu adalah pilihan kita untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Kristus, menyangkal ego, dan menanggalkan segala beban dosa yang menghalangi kita. Kita tidak bisa berharap berhasil dengan sekadar "berusaha" atau menjalani hidup biasa-biasa saja. Keselamatan menuntut seluruh hati kita. Seperti Yesus yang menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Bapa, kita pun dipanggil untuk berjuang melawan godaan, melawan arus dunia, dan melawan kemalasan rohani kita. Hanya dengan perjuangan yang tekun dan tulus, kita akan ditemukan layak untuk memasuki Rumah Bapa.   Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

BERDOA SEBELUM BERTINDAK

Dalam Injil Lukas 6:12-19, Yesus terlebih dahulu naik ke gunung untuk berdoa semalaman sebelum memilih dua belas rasul-Nya, lalu Ia turun untuk melayani banyak orang yang datang dengan segala kebutuhan dan penderitaan mereka. Dari sini kita belajar bahwa setiap keputusan dan pelayanan yang kita lakukan seharusnya berawal dari doa. Di tengah kesibukan dunia sekarang, kita sering terburu-buru bertindak tanpa meminta bimbingan Tuhan, padahal doa menolong kita untuk melihat dengan jernih dan bertindak dengan kasih. Seperti Yesus yang setelah berdoa mampu menyentuh dan menyembuhkan banyak orang, kita pun diajak untuk menjadikan doa sebagai sumber kekuatan agar bisa melayani dan membawa berkat bagi sesama di lingkungan kita sehari-hari. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

BERTOBAT DAN BERBUAH DALAM HIDUP

Dalam Injil Lukas 13:1–9, Yesus mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk bertobat dan menghasilkan buah yang baik. Ia menceritakan tentang pohon ara yang tidak berbuah selama tiga tahun, tetapi masih diberi waktu lagi untuk dipelihara supaya bisa berbuah. Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan sabar dan penuh kasih, memberi kita waktu untuk memperbaiki diri dan berubah. Namun, waktu itu tidak selamanya ada  kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan hidup dengan bijak, bertumbuh dalam kasih, kebaikan, dan iman. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa “berbuah” lewat tindakan kecil: membantu orang lain, berkata jujur, mengampuni, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dalam setiap perkataan dan perbuatan kita.  Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

PERJUANGAN DALAM DIRI ANTARA KEINGINAN DAN KEKUATAN UNTUK MELAKUKANNYA

Dalam surat rasul paulus kepada jemaat di Roma 7:18-25a, Paulus menggambarkan pergulatan batin yang dialami setiap orang percaya, yaitu keinginan untuk melakukan yang baik, tetapi sering kali terjerat oleh dosa. Ia mengakui bahwa dalam dirinya tidak ada kebaikan, meskipun niat baik ada, namun sering kali gagal melakukannya. Pergulatan ini adalah kenyataan hidup kita: kita tahu yang benar, tetapi sering kali tidak mampu melakukannya karena kuasa dosa yang ada dalam diri kita. Namun, Paulus menemukan pengharapan dalam Yesus Kristus, yang memberi kita kemenangan atas dosa. Dalam bacaan pada hari ini ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita sering gagal, kita tidak sendirian. Dengan pertolongan Kristus, kita bisa terus berjuang melawan dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

HIDUP DENGAN PENUH TANGGUNG JAWAB DAN KESIAPSIAGAAN

Dalam Injil  Lukas 12:39-48  Yesus mengingatkan kita     bahwa kita harus selalu siap dan hidup dengan penuh tanggung jawab, karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang atau kapan hidup kita berubah secara tiba-tiba. Seperti seorang hamba yang harus setia mengurus rumah tuannya meski tuannya belum pulang, kita juga dipanggil untuk setia dalam hal-hal kecil maupun besar yang dipercayakan kepada kita baik di keluarga, pekerjaan, maupun dalam pelayanan. Dalam kehidupan nyata, ini bisa berarti kita tetap jujur dan bertanggung jawab meski tidak ada yang mengawasi, dan tidak menunda-nunda berbuat baik. Tuhan melihat hati dan kesetiaan kita setiap hari, dan setiap tanggung jawab yang kita terima adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita layak dipercaya. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

TETAP SIAP MENYAMBUT TUHAN

  Dalam injil Lukas 12:35-38 Yesus mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga dan siap sedia, seperti hamba yang menanti kedatangan tuannya. Kita tidak tahu kapan Tuhan datang, tapi Dia ingin menemukan kita sedang setia dan taat dalam tugas sehari-hari. Dalam hidup ini, banyak hal bisa membuat kita lengah karena kesibukan, masalah, atau kenyamanan dunia. Tapi Tuhan rindu kita tetap setia dalam hal-hal kecil: jujur dalam pekerjaan, mengasihi sesama, dan menjaga hati tetap bersih. Ketika kita hidup dalam kesiapsiagaan rohani, kita bukan hanya menyenangkan hati Tuhan, tapi juga siap menerima berkat dan sukacita yang Dia janjikan. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

MENJADI UTUSAN DAMAI DAN HARAPAN

 Dalam Injil Lukas 10:1-9 menceritakan bahwa Yesus mengutus tujuh puluh murid untuk pergi berdua-dua membawa damai, menyembuhkan orang sakit, dan memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Ia berkata bahwa tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit artinya, masih banyak orang yang butuh pertolongan dan kasih Tuhan, tetapi hanya sedikit yang mau dipakai. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga dipanggil menjadi utusan Tuhan, bukan dengan berjalan jauh, tetapi dengan menjadi pembawa damai di rumah, di tempat kerja, atau di lingkungan sekitar. Ketika kita menolong orang lain, menghibur yang sedih, atau memberi semangat kepada teman, kita sedang melakukan apa yang Yesus perintahkan. Tuhan tidak menuntut kita sempurna, Ia hanya rindu kita mau melangkah, karena Dia sendiri yang akan menyertai dan memakai kita menjadi berkat. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

ALLAH YANG MENGENAL DAN MEMELIHARA KITA SEPENUHNYA.

Dalam Lukas 12:1-7, Yesus mengingatkan kita agar jangan hidup dalam kemunafikan seperti orang-orang Farisi, karena "tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui." Tuhan mengenal kita sampai ke dalam hati, bahkan "rambut di kepala kita pun semuanya terhitung." Ayat ini mengajarkan bahwa kita tidak perlu takut pada manusia, melainkan hanya kepada Allah yang berkuasa atas hidup dan mati. Tapi yang paling menghibur adalah janji-Nya bahwa kita sangat berharga di mata-Nya  “Engkau lebih berharga daripada banyak burung pipit.” Artinya, Tuhan tahu, peduli, dan memelihara hidup kita sepenuhnya, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

JANGAN ULANGI KESALAHAN YANG SAMA TETAPI BUKALAH HATIMU UNTUK KEBENARAN

 Ketika Yesus duduk makan di rumah seorang farisi berkatalah Ia" celakalah kalian, sebab kalian membangun makam bagi para nabi, padahal nenek moyangmulah yang telah membunuh mereka. Dalam injil  Lukas 11:47-54, Yesus menegur orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka tampak menghormati nabi-nabi yang dibunuh oleh leluhur mereka, tetapi sebenarnya mereka mengulangi kesalahan yang sama dengan menolak kebenaran dan berusaha membungkam suara Tuhan. Dalam hidup sehari-hari, kita pun bisa terjebak dalam sikap serupa mengagumi orang baik, mendengarkan firman Tuhan, tetapi menutup hati saat kita sendiri ditegur atau diminta berubah. Renungan ini mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya soal penampilan luar atau kata-kata, tapi tentang keberanian untuk hidup benar, terbuka pada teguran Tuhan, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.  Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

MINTALAH MAKA KAMU AKAN DIBERIKAN, KETUKLAH MAKA PINTU AKAN DIBUKAKAKN BAGIMU

Lukas 11:5-13 Dalam perikop di atas Yesus mengundang kita untuk datang kepada Allah dengan hati yang penuh keyakinan, seperti anak yang percaya bahwa ayahnya akan memberikan yang terbaik. Dalam hidup sehari-hari, seringkali kita ragu untuk berdoa atau merasa doa kita tidak layak didengar. Namun, melalui ayat ini, Tuhan menegaskan bahwa setiap permohonan yang tulus tidak akan diabaikan. Ketika kita berdoa, kita sedang mengetuk pintu hati Allah dan Dia adalah Bapa yang penuh kasih, yang tidak akan membiarkan anak-anak-Nya mengetuk sia-sia. Mungkin jawabannya tidak selalu langsung atau sesuai harapan kita, tapi Tuhan tahu waktu dan cara yang terbaik. Maka, jangan lelah untuk meminta, mencari, dan mengetuk, karena Allah tidak pernah menutup pintu bagi hati yang percaya dan berserah kepada-Nya. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

BELAJAR BERDOA DENGAN HATI YANG TULUS

  Dalam Injil Lukas 11:1-4, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya sebagai contoh bagaimana seharusnya kita berdoa. Kita harus berdoa dengan hati yang sederhana, tulus, dan penuh percaya. Doa bukan hanya kumpulan kata, tetapi menunjukkan hubungan yang dekat antara kita dengan Allah sebagai Bapa yang penuh kasih. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terlalu sibuk atau merasa doa kita harus panjang dan indah agar cepat dikabulkan oleh Tuhan. Padahal, Tuhan lebih melihat ketulusan hati daripada banyaknya kata. Seperti anak kecil yang datang kepada ayahnya dengan jujur dan apa adanya, begitu juga kita diajak untuk datang kepada Tuhan dalam doa, meminta kebutuhan kita sehari-hari, pengampunan, dan kekuatan untuk mengampuni orang lain. Doa menjadi tempat kita mempercayakan hidup dan menyelaraskan hati dengan kehendak-Nya. Mari kita bersama-sama belajar untuk berdoa dengan hati yang tulus dan penuh percaya kepada Tuhan. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

MEMBERI WAKTU UNTUK TUHAN DI TENGAH KESIBUKAN

Dalam Lukas 10:38-42, Yesus memuji Maria yang duduk mendengarkan-Nya, sementara Marta sibuk melayani. Lewat kisah ini, Yesus mengajarkan bahwa di tengah kesibukan hidup, kita tidak boleh lupa untuk memberi waktu khusus bersama Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering seperti Marta terburu-buru, sibuk bekerja, mengurus rumah, atau mengejar target, sampai lupa berdoa atau merenungkan firman Tuhan. Padahal, seperti Maria, kita juga perlu memilih “bagian yang terbaik” yaitu duduk tenang bersama Tuhan, entah lewat doa, membaca Alkitab, atau hanya diam dan mendengarkan-Nya. Tuhan rindu kehadiran kita, bukan hanya kerja keras kita. Maka, mari belajar menyeimbangkan aktivitas dengan keintiman bersama Tuhan, agar hati kita tetap damai dan terarah di tengah kesibukan. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

MENJADI RENDAH HATI SEPERTI ANAK KECIL

  Dalam Matius 18:1-5, 10, Yesus mengajarkan bahwa untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga, seseorang harus merendahkan diri seperti anak kecil. Anak kecil biasanya polos, jujur, tidak sombong, dan mudah percaya itulah sikap yang Yesus inginkan dari setiap orang percaya. Kita diajak untuk tidak merasa paling hebat, tapi belajar bersikap rendah hati, berserah, dan mau dibimbing Tuhan. Yesus juga menegaskan bahwa setiap anak kecil berharga di mata Allah, bahkan malaikat mereka selalu melihat wajah Bapa di surga. Jadi, jangan pernah meremehkan orang yang tampak kecil, sederhana, karena di mata Tuhan, mereka sangat berarti. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende