Langsung ke konten utama

Dengarkanlah Suara Panggilan di Tengah Kesibukan

 


Keluaran 3:1-6, 9-12

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam bacaan kitab keluaran 3:1-6.9-12 menceritakan Musa yang sedang sibuk menggembalakan kambing domba milik mertuanya. Ditengah kesibukannya Malaikat Tuhan menampakan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Kemudian bersuaralah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya. Ketika Musa menjawab, Allah mengutus Musa pergi kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel keluar dari Mesir. Dalam kesibukan hariannya, Tuhan hadir dan memanggilnya untuk sebuah tugas besar. Tugas untuk membebaskan umat Israel. Ketika Tuhan memanggil, Musa tidak sedang berada dalam waktu doa atau ibadah, namun justru saat menjalani rutinitas hidupnya. Hal ini menjadi tanda bagi kita bahwa Tuhan pun bisa berbicara di tengah kesibukan aktivitas harian kita. Kita hanya perlu kepekaan dan kesiapan hati untuk merespons panggilan-Nya walaupun datang pada saat yang tidak kita duga.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali kita terlalu sibuk dengan pekerjaan, tanggung jawab, atau bahkan kekhawatiran. Sampai-sampai kita tidak mendengar suara Tuhan yang sedang memanggil kita. Karena kita tidak pernah berpikir bahwa Tuhan bisa saja memanggil kita di tengah kesibukan. Padahal, melalui peristiwa sederhana, perjumpaan dengan orang lain, atau bahkan kegelisahan hati, Tuhan bisa saja sedang menyapa dan memanggil kita. Mari kita belajar dari Musa, untuk berhenti sejenak, buka hati, dan dengarkan suara Tuhan. Mungkin Tuhan sedang memanggil kita untuk membawa terang, pengharapan, atau kasih di tengah dunia yang penuh pergumulan ini. Karena setiap panggilan dari Tuhan, mau sekecil apapun pasti memiliki makna yang besar jika kita menerimannya dengan iman dan ketaatan.

Oleh :Merry Bidho
Mahasiswi STIPAR ENDE
Praktek Pastoral di Paroki Onekore


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengampuni dan Memperbaiki Hubungan dengan Kasih

  Dalam Injil Matius 18:15-20, Yesus mengajarkan kita cara memperbaiki hubungan ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita. Yesus tidak ingin kita memendam marah atau membalas dendam, tetapi mengajak kita untuk menegur dengan kasih. Pertama, kita diajak untuk berbicara langsung kepada orang tersebut secara pribadi. Kalau belum berhasil, ajak satu atau dua orang yang bisa menjadi saksi dan penengah. Jika masih belum berubah, barulah dibicarakan bersama komunitas atau Gereja. Semua ini dilakukan bukan untuk mempermalukan, tetapi supaya hubungan yang retak bisa dipulihkan. Yesus juga berjanji, kalau dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia hadir di tengah-tengah mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran ini sangat penting. Kadang kita berselisih dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Reaksi kita sering kali adalah menghindar, bergosip, atau marah di dalam hati. Padahal Yesus mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang benar—bicara baik-baik, sabar menden...

Tangan Allah Bekerja di Balik Segala Peristiwa

  Keluaran 2:1-15a Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam kitab Keluaran 2:1-15a, menceritakan tentang kisah awal kehidupan Musa yang penuh keajaiban. Musa lahir di tengah penderitaan umat Israel, di saat bayi laki-laki diperintahkan untuk dibunuh oleh Firaun. Namun, melalui keberanian ibunya dan campur tangan Allah, Musa diselamatkan bahkan dibesarkan di istana musuh bangsanya sendiri. Di balik segala ketakutan dan penderitaan, Allah menyusun rencana yang besar melalui tangan-tangan manusia yang berani dan penuh iman. Hidup Musa membuktikan bahwa Allah hadir dan berkarya bahkan dalam situasi paling gelap sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering menghadapi situasi yang sulit: masalah keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan, atau rasa takut akan masa depan. Namun, seperti Musa, kita diundang untuk percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kadang, pertolongan Tuhan datang lewat orang-orang di sekitar kita, atau mel...

Kesetiaan dalam Perjanjian Cinta

Matius: 19:1-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 19:3-12 menceritakan tentang orang farisi yang datang untuk mencobai Yesus, mereka bertanya apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya? Dengan alasan apa saja. Lalu Yesus menjawab tidakkah kalian baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita ? Dan Ia bersabda sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya? Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan maanusia. Dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kepada kita bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan hukum atau tradisi, tetapi sebuah perjanjian kudus yang dimeteraikan oleh Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kesetiaan ini bukan hanya berlaku bagi suami-istri, tetapi juga bagi setiap panggilan hidup yang kita jalani. Bagi yang menikah, kesetiaan diwujudkan dalam komitmen un...