Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Hidup Kita Akan Dinilai Tuhan”

 Matius 13:47–53 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Surga seperti jaring yang menangkap banyak ikan. Setelah ditarik ke darat, ikan-ikan itu dipilih yang baik dikumpulkan, yang buruk dibuang. Ini menggambarkan bahwa pada akhir zaman, Tuhan akan menilai hidup setiap orang. Kita semua akan "disaring" berdasarkan perbuatan dan hati kita selama hidup di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk berbuat baik atau jahat. Bacaan ini mengajak kita untuk terus berusaha hidup benar di hadapan Tuhan, meskipun tidak selalu mudah. Setiap hal kecil yang kita lakukan dengan kasih dan kebaikan, Tuhan perhatikan. Mari kita jadikan hidup kita sebagai “ikan yang baik” yang layak dikumpulkan dalam Kerajaan Surga. Merry Bidho Mahasiswi. STIPAR Ende

"Kerelaan Melepaskan Demi Sesuatu yang Lebih Mulia"

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Injil Matius 13:44-46 menggambarkan bagaimana seseorang yang menemukan harta terpendam dan seorang pedagang yang menemukan mutiara indah rela menjual seluruh miliknya untuk mendapatkannya. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang nilai Kerajaan Allah yang begitu besar, sehingga pantas untuk diperjuangkan dengan seluruh hidup kita. Tidak mudah untuk melepaskan hal-hal yang sudah kita miliki, tetapi Yesus mengajak kita melihat bahwa ada sesuatu yang jauh lebih berharga: keselamatan dan hidup dalam kasih Allah. Dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin kita juga diminta untuk melepaskan ego, keinginan pribadi, atau bahkan kenyamanan hidup, demi mengikuti jalan Tuhan. Mungkin kita diminta untuk memprioritaskan waktu bagi keluarga, pelayanan, atau kehidupan rohani, walau harus mengorbankan kesenangan duniawi. Namun, jika kita melakukannya dengan iman, kita tidak akan per karena yang kita peroleh adalah sukacita sejati bersama Tuhan, yang nilainya...

Iman yang Percaya Akan Kebangkitan Hidup

  Yohanes 11:19-27: Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam perikop ini kita melihat perjumpaan yang penuh harapan antara Yesus dan Marta, setelah kematian Lazarus. Marta, meskipun sedang berduka, tetap memegang imannya kepada Yesus. Ia percaya bahwa jika Yesus hadir, saudaranya tidak akan mati. Bahkan lebih dari itu, Marta percaya bahwa Allah akan mengabulkan apa pun yang diminta Yesus, dan ia mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Ini adalah bentuk iman yang teguh, meskipun situasi yang dialami begitu menyakitkan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita berada dalam situasi "kematian" entah itu kegagalan, kekecewaan, atau kehilangan yang membuat kita merasa hancur. Namun Yesus datang dan berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup." Artinya, di dalam Dia selalu ada harapan dan kehidupan baru. Tuhan tidak hanya memberi penghiburan, tetapi juga mengajak kita percaya bahwa bersama Dia, kematian bukan akhir. Semoga kita belajar dari Marta u...

Pertumbuhan yang Dimulai dari Hal Kecil

  Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam Injil Matius 13:31-35, Yesus menggambarkan Kerajaan Surga dengan perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Biji sesawi adalah yang terkecil dari segala jenis benih, tetapi ketika tumbuh, ia menjadi pohon yang besar hingga burung-burung datang bersarang. Demikian juga, ragi yang hanya sedikit dapat membuat seluruh adonan mengembang. Melalui gambaran ini, Yesus mengajarkan bahwa karya Allah sering dimulai dari hal-hal kecil, tersembunyi, bahkan tampak tidak berarti, tetapi memiliki kekuatan luar biasa untuk bertumbuh dan mengubah segala sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering meremehkan tindakan kecil—seperti memberi senyuman, mendengarkan orang lain, membantu dengan tulus, atau mendoakan sesama. Namun tindakan kecil ini, jika dilakukan dengan kasih, dapat berdampak besar dalam hidup orang lain. Sama seperti ragi dalam adonan, kehadiran kita bisa membawa perubahan dalam keluarga, sekolah, atau komunitas jika kita hidup de...

Pelayanan Adalah Jalan Menuju Kemuliaan

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Dalam Injil hari ini, Ibu dari anak-anak Zebedeus datang kepada Yesus dan meminta tempat yang mulia bagi kedua anaknya. Namun Yesus mengajarkan bahwa jalan menuju kemuliaan bukanlah dengan mencari posisi tinggi, tetapi dengan menjadi pelayan. Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan hidup-Nya bagi banyak orang. Ini adalah kebalikan dari pola pikir dunia, yang seringkali mengejar kekuasaan dan kehormatan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, ajaran Yesus ini mengajak kita untuk rendah hati dan bersedia melayani sesama, entah di rumah, di tempat kerja, di komunitas, atau di Gereja. Menjadi pelayan berarti siap membantu tanpa pamrih, mendengarkan dengan hati, dan berkorban demi kebaikan bersama. Ketika kita melayani dengan kasih, di situlah kita mencerminkan wajah Kristus dan mengalami sukacita sejati yang tidak bisa diberikan oleh dunia. Merry Bidho Mahasiswi STIPAR Ende

Hati yang Terbuka untuk Mengerti Sabda Tuhan

  Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 13:10-17, Yesus menjelaskan mengapa Ia mengajar orang banyak dengan perumpamaan. Hanya mereka yang "mau mendengar" dan "mau melihat" yang akan sungguh mengerti makna sabda Tuhan. Orang-orang yang keras hati dan tidak mau membuka diri akan sulit memahami kehendak Allah, sekalipun mereka melihat dan mendengar langsung. Dalam hidup kita sehari-hari, kadang kita juga seperti orang-orang itu — sibuk, cuek, atau terlalu nyaman dengan hidup kita sendiri, sehingga sulit mendengar suara Tuhan. Tuhan berbicara melalui Kitab Suci, orang lain, bahkan peristiwa kecil dalam hidup. Tapi jika hati kita tertutup, kita tidak akan menangkap pesan-Nya. Marilah kita belajar memiliki hati yang terbuka dan rendah hati, agar mampu menangkap makna sabda Tuhan dalam hidup kita. Semoga kita menjadi pribadi yang tidak hanya mendengar, tetapi juga mengerti dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Merry Bidho Mahasiswi STIP...

Hati yang Siap Menerima Firman Tuhan

  Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 13:1-9, Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur benih di berbagai jenis tanah. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di tanah berbatu, di semak berduri, dan di tanah yang subur. Benih itu adalah Firman Tuhan, dan tanah-tanah itu melambangkan hati manusia. Hanya tanah yang suburlah yang mampu menghasilkan buah berlimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa bertanya pada diri sendiri: bagaimana kondisi hati kita saat mendengarkan Firman Tuhan? Apakah kita seperti tanah berbatu, yang mudah menyerah saat ada tantangan? Atau seperti semak berduri, yang membiarkan kekhawatiran dan kesenangan dunia mengalahkan iman kita? Mari kita berusaha menjadi seperti tanah yang subur—hati yang terbuka, mau mendengarkan dan melakukan kehendak Tuhan, agar hidup kita bisa menghasilkan buah yang baik bagi sesama. Merry Bidho Mahasiswi STIPAR Ende

Yesus Hidup dan Menemui Kita dalam Kesedihan Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Dalam Injil Yohanes 20:1,11-18, Maria Magdalena sangat sedih karena Yesus yang ia kasihi telah wafat. Ia datang ke kubur dan menangis karena tidak menemukan jenazah-Nya. Tapi justru di tengah tangis dan kesedihannya, Yesus yang bangkit hadir dan memanggil namanya: "Maria!" Saat itu juga, Maria mengenali Yesus dan hatinya dipenuhi sukacita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering mengalami kesedihan — mungkin karena kehilangan orang yang kita cintai, menghadapi masalah keluarga, atau beban hidup yang berat. Kadang kita merasa sendiri dan tidak tahu harus bagaimana. Namun Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus tidak tinggal diam. Ia hadir, bahkan di saat kita menangis. Ia memanggil kita secara pribadi dan ingin menghibur serta menguatkan kita. Yesus yang bangkit hidup dan dekat dengan kita. Ia mengenal nama kita, tahu isi hati kita, dan selalu siap menemani kita. Mari kita belajar seperti Maria Magdalena, membuka mata iman kita, agar bisa melihat dan merasakan kehadiran Yesus dalam setiap peristiwa hidup, bahkan dalam tangisan sekalipun.

  Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Dalam Injil Yohanes 20:1,11-18, Maria Magdalena sangat sedih karena Yesus yang ia kasihi telah wafat. Ia datang ke kubur dan menangis karena tidak menemukan jenazah-Nya. Tapi justru di tengah tangis dan kesedihannya, Yesus yang bangkit hadir dan memanggil namanya: "Maria!" Saat itu juga, Maria mengenali Yesus dan hatinya dipenuhi sukacita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering mengalami kesedihan — mungkin karena kehilangan orang yang kita cintai, menghadapi masalah keluarga, atau beban hidup yang berat. Kadang kita merasa sendiri dan tidak tahu harus bagaimana. Namun Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus tidak tinggal diam. Ia hadir, bahkan di saat kita menangis. Ia memanggil kita secara pribadi dan ingin menghibur serta menguatkan kita. Yesus yang bangkit hidup dan dekat dengan kita. Ia mengenal nama kita, tahu isi hati kita, dan selalu siap menemani kita. Mari kita belajar seperti Maria Magdalena, membuka mata iman ki...

"Bertobat dan Membuka Hati Pada Tanda Tuhan

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 12:38-42, orang-orang Farisi meminta tanda dari Yesus, padahal mereka sudah melihat banyak mukjizat dan pengajaran-Nya. Tapi hati mereka tetap tertutup karena mereka tidak benar-benar mau percaya. Yesus mengatakan bahwa satu-satunya tanda yang akan diberikan adalah tanda nabi Yunus yaitu pertobatan. Artinya, bukan soal mencari-cari keajaiban, tetapi soal membuka hati dan berubah hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita juga bersikap seperti orang Farisi. Kita menunggu "tanda besar" dari Tuhan untuk percaya atau bertobat: mungkin kesembuhan, berkat besar, atau jawaban doa yang instan. Padahal, Tuhan sudah hadir dalam hal-hal kecil dalam keluarga yang menyayangi kita, dalam kesempatan untuk berbuat baik, dan dalam suara hati yang mengingatkan kita. Mari kita jangan menutup hati, tetapi peka terhadap kehadiran Tuhan setiap hari, dan sungguh-sungguh bertobat dengan hidup yang lebih baik dan penuh kasih. ...

Mengutamakan Kasih daripada Aturan

  Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 12:1-8, Yesus mengingatkan kita bahwa kasih lebih penting daripada sekadar aturan. Ketika murid-murid-Nya lapar dan memetik bulir gandum di hari Sabat, orang-orang Farisi langsung menyalahkan mereka. Tapi Yesus menunjukkan bahwa Tuhan lebih menginginkan kasih dan belas kasihan, bukan sekadar ketaatan buta terhadap aturan. Artinya, Tuhan ingin kita menolong sesama terlebih dahulu daripada hanya fokus pada peraturan-peraturan yang kaku. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin juga sering lebih sibuk menilai orang lain yang “melanggar aturan”, daripada memahami alasan di balik tindakan mereka. Misalnya, kita bisa saja melihat orang tidak ikut misa karena mengurus orang sakit di rumah, lalu cepat menilai mereka tidak taat. Padahal, bisa jadi mereka sedang menunjukkan kasih yang nyata. Mari kita belajar dari Yesus, untuk lebih mengutamakan kasih, memahami situasi, dan menolong sesama dengan hati yang penuh belas kasih. ...

Datanglah Kepada Yesus, Maka Hatimu Akan Tenang

  Matius, 11:28-30 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil Matius 11:28-30, Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Yesus mengundang kita semua yang sedang lelah, gelisah, dan penuh tekanan untuk datang kepada-Nya. Ia tidak meminta kita membawa sesuatu, tetapi justru menawarkan ketenangan. Yesus tahu bahwa hidup kita sering penuh dengan masalah, entah karena pekerjaan, keluarga, ekonomi, atau tekanan batin. Tapi Ia mengajak kita untuk bersandar kepada-Nya, karena kasih-Nya lembut dan penuh pengertian. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa kewalahan karena banyaknya tugas, tanggung jawab, dan harapan dari orang lain. Namun saat kita berserah dan berdoa kepada Yesus, kita akan merasakan kelegaan. Yesus tidak menghapus semua masalah kita secara ajaib, tetapi Ia memberi kita kekuatan untuk menjalaninya dengan damai. Maka, mari kita belajar datang kepada Tuhan setiap hari, menyerahkan ha...

Dengarkanlah Suara Panggilan di Tengah Kesibukan

  Keluaran 3:1-6, 9-12 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam bacaan kitab keluaran 3:1-6.9-12 menceritakan Musa yang sedang sibuk menggembalakan kambing domba milik mertuanya. Ditengah kesibukannya Malaikat Tuhan menampakan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Kemudian bersuaralah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya. Ketika Musa menjawab, Allah mengutus Musa pergi kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel keluar dari Mesir. Dalam kesibukan hariannya, Tuhan hadir dan memanggilnya untuk sebuah tugas besar. Tugas untuk membebaskan umat Israel. Ketika Tuhan memanggil, Musa tidak sedang berada dalam waktu doa atau ibadah, namun justru saat menjalani rutinitas hidupnya. Hal ini menjadi tanda bagi kita bahwa Tuhan pun bisa berbicara di tengah kesibukan aktivitas harian kita. Kita hanya perlu kepekaan dan kesiapan hati untuk merespons panggilan-Nya walaupun datang pada saat yang tidak kita duga. Saudara-saudari yang terkasih dalam...

Tangan Allah Bekerja di Balik Segala Peristiwa

  Keluaran 2:1-15a Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Dalam kitab Keluaran 2:1-15a, menceritakan tentang kisah awal kehidupan Musa yang penuh keajaiban. Musa lahir di tengah penderitaan umat Israel, di saat bayi laki-laki diperintahkan untuk dibunuh oleh Firaun. Namun, melalui keberanian ibunya dan campur tangan Allah, Musa diselamatkan bahkan dibesarkan di istana musuh bangsanya sendiri. Di balik segala ketakutan dan penderitaan, Allah menyusun rencana yang besar melalui tangan-tangan manusia yang berani dan penuh iman. Hidup Musa membuktikan bahwa Allah hadir dan berkarya bahkan dalam situasi paling gelap sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering menghadapi situasi yang sulit: masalah keluarga, tekanan ekonomi, ketidakadilan, atau rasa takut akan masa depan. Namun, seperti Musa, kita diundang untuk percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Kadang, pertolongan Tuhan datang lewat orang-orang di sekitar kita, atau mel...