Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

TETAP SETIA DI TENGAH PENCOBAAN

 Lukas 21:12-19 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya "akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya. Yesus mengatakan bahwa para murid akan mengalami kesulitan sebelum kerajaan Allah datang. Mereka bisa ditangkap, diadili, bahkan dikhianati oleh orang-orang terdekat. Namun Yesus menegaskan satu hal penting: Jangan takut. Tuhan akan memberi kekuatan ketika kita harus bersaksi. Dan yang paling meyakinkan, Yesus berkata bahwa ketekunan kita akan menyelamatkan hidup kita. Dalam hidup sehari-hari, mungkin kita tidak harus menghadapi penganiayaan seperti para murid dulu. Tapi kita tetap bisa mengalami kesulitan disalahpahami, ditolak, dijauhi karena kebaikan atau iman kita. Terkadang kita merasa sendirian atau tidak kuat lagi. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

TETAP TENANG DAN SETIA DI TENGAH KETIDAKPASTIAN

Lukas 21:5-11   Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah  dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu yang indah, mengingatkan bahwa sekalipun bangunan yang megah seperti Bait Allah dapat runtuh dan dunia bisa dipenuhi perang, bencana, serta berbagai ketakutan, murid-murid-Nya diminta untuk tidak terkejut dan tidak tersesat. Pesan ini mengajarkan kita bahwa hidup sering berubah dan hal-hal yang kita anggap kuat pun bisa rapuh, namun di tengah ketidakpastian itu Tuhan tetap memegang kendali. Karena itu, ketika kita menghadapi masalah, kekhawatiran, atau berita dunia yang menakutkan, kita dipanggil untuk tetap tenang, tetap berpegang pada Tuhan, dan tetap setia menjalani hidup dengan iman, sebab hanya Dia yang menjadi dasar yang tidak tergoyahkan. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende 

KASIH TUHAN YANG MEMULIHKAN HIDUP MANUSIA

Dalam Lukas 19:1–10, Mengisahkan tentang Yesus yang masuk ke kota Yerikho dan bertemu dengan Zakheus seorang pemungut cukai yang sangat kaya. Zakheus tidak dapat melihat Yesus karena badannya yang pendek. Zakheus pun naik ke pohon ara untuk  bisa melihat Yesus. Ketika Yesus Zakheus di atas pohon ara. Berkatalah Yesus kepada Zakheus "segeralah turun hari ini Aku mau menumpang di rumahmu".Zakheus yang dianggap berdosa dan dijauhi masyarakat justru dicari dan disapa oleh Yesus, menunjukkan bahwa Tuhan tidak melihat masa lalu seseorang, tetapi hati yang mau berubah. Zakheus merespons kasih itu dengan membuka pintu rumah dan hatinya, lalu menunjukkan pertobatan nyata melalui tindakan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari kasih Tuhan; Dia selalu ingin mendatangi hidup kita dan membawa perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita merasa tidak layak atau terjebak dalam kesalahan, Tuhan tetap hadir dan mengundang kita untuk membuka hati...

TUHAN MEMBERIKAN PERTOLONGAN BAGI ORANG YANG PERCAYA.

Dalam Lukas 18:35–43  kita melihat seorang pengemis buta yang tidak menyerah meskipun banyak orang mencoba membungkamnya. Pengemis tersebut terus berseru kepada Yesus karena percaya hanya Tuhan yang bisa menolongnya. Ketekunannya menunjukkan bahwa iman bukan sekadar percaya, tetapi juga berani meminta dan bertahan meski menghadapi tekanan. Dalam kehidupan kita, sering kali masalah, keraguan, atau suara negatif dari sekitar membuat kita ingin menyerah, namun kisah ini mengingatkan bahwa Tuhan mendengar setiap seruan yang datang dari hati yang percaya. Sama seperti orang buta itu menerima kembali penglihatannya, kita pun bisa mengalami pemulihan, pertolongan, atau jalan keluar ketika kita tetap memandang kepada Tuhan dan tidak berhenti berharap kepada-Nya. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

IMAN YANG BERTUMBUH DALAM PENGAMPUNAN

 Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja Dalam Lukas 17:1–6, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya tentang pentingnya tidak menjadi batu sandungan, selalu siap mengampuni, dan memiliki iman yang hidup. Ia berkata, “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (Lukas 17:6). Pesan ini menegaskan bahwa iman yang sejati bukan diukur dari besar-kecilnya, melainkan dari kemampuannya untuk mengandalkan Allah dalam segala hal termasuk dalam hal mengampuni sesama yang menyakiti kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa sulit untuk mengampuni, apalagi ketika luka itu dalam. Namun, Yesus mengingatkan bahwa dengan iman yang kecil sekalipun, bila kita berserah pada kuasa Tuhan, hati yang keras dapat dilunakkan, hubungan yang retak dapat dipulihkan, dan kasih Allah dapat nyata melalui tindakan kita.      Merry Bidhi/Mahasiswi Stip...

ALLAH YANG TIDAK PERNAH LELAH MENCARI DAN MENGASIHI MANUSIA

 Dalam Lukas 15:1–10, Yesus menceritakan dua perumpamaan: domba yang hilang dan dirham yang hilang. Kedua kisah ini menggambarkan kasih Allah yang begitu besar terhadap setiap orang berdosa. Ia tidak pernah berhenti mencari hingga yang hilang itu ditemukan. Ketika satu orang berdosa lalu bertobat, surga sangat bersukacita. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin menegaskan bahwa bagi Allah, setiap pribadi sangat berharga, tidak ada yang terlalu jauh untuk diselamatkan. Kasih dan kerinduan Allah untuk memulihkan hubungan dengan manusia jauh melampaui batas-batas logika manusia. Ia mencari, menunggu, dan bersukacita ketika kita kembali kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa tidak layak, tersesat, atau jauh dari Tuhan karena kesalahan dan dosa. Namun, firman ini mengingatkan bahwa Allah tidak pernah menyerah mencari kita. Ia selalu membuka tangan-Nya untuk menerima kita kembali dengan kasih. Sama seperti gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba demi me...

MENGIKUTI YESUS BERARTI BERANI BERKORBAN

 Dalam Lukas 14:25–33, Yesus menegaskan bahwa menjadi murid-Nya bukanlah perkara ringan. Ia berkata bahwa siapa pun yang ingin mengikut Dia harus rela “memikul salibnya” dan bahkan “melepaskan segala miliknya.” Pesan ini menantang kita untuk merenungkan sejauh mana kesetiaan kita kepada Kristus. Mengikut Yesus berarti menempatkan Dia di atas segalanya di atas keluarga, harta, bahkan kenyamanan diri sendiri. Tuhan tidak mencari pengikut yang setengah hati, tetapi murid yang siap taat meski harus berkorban. Yesus menginginkan kita sadar bahwa menjadi murid, bukan sesuatu yang bisa disepelehkan, melainkan agar kita sadar bahwa iman sejati memerlukan komitmen yang nyata. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

JANGAN MENOLAK UNDANGAN TUHAN

   “Sebab banyak orang diundang, tetapi sedikit orang yang dipilih.”  Lukas 14:24 Dalam injil hari ini Yesus menggambarkan tentang undangan pesta besar yang ditolak oleh banyak orang dengan berbagai alasan. Melalui perumpamaan ini, kita diingatkan bahwa Tuhan setiap hari mengundang kita untuk datang kepada-Nya melalui doa, sabda-Nya, dan kesempatan untuk berbuat baik. Namun sering kali kita sibuk dengan urusan duniawi hingga lupa menjawab undangan itu. Dalam kehidupan sekarang, “pesta” itu bisa berarti hidup dalam kasih, pengampunan, dan pelayanan. Jangan biarkan kesibukan atau kenyamanan membuat kita melewatkan kesempatan untuk dekat dengan Tuhan. Mari belajar untuk menanggapi undangan-Nya dengan hati yang siap dan penuh syukur, karena di dalam hadirat-Nya terdapat sukacita yang sejati. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

KERENDAHAN HATI DALAM MEMBERI

 “Apabila engkau mengadakan perjamuan,  undanglah orang miskin, orang cacat, orang lumpuh dan orang buta.”   Lukas 14:13 Dalam injil hari ini Yesus mengajarkan bahwa kasih sejati tidak mencari balasan. Dalam dunia yang sering menilai hubungan dari keuntungan dan timbal balik, ajakan Yesus untuk mengundang mereka yang tak mampu membalas menjadi panggilan untuk hidup dalam kasih yang murni dan rendah hati. Memberi kepada yang tidak dapat membalas adalah bentuk kasih yang paling tulus, karena di situ kita meneladani hati Allah yang memberi tanpa syarat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajak untuk tidak hanya berbagi kepada yang dekat dan mampu, tetapi juga membuka hati bagi mereka yang tersisih dan terlupakan. Kasih yang demikianlah yang membawa sukacita sejati dan upah kekal di hadapan Allah. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende

BERBAHAGIA DI JALAN TUHAN

Dalam Matius 5:1–12a, Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari kekayaan, kekuasaan, atau kenyamanan dunia, melainkan dari hidup yang selaras dengan kehendak Allah. Orang yang miskin di hadapan Allah, lembut hatinya, berbelas kasih, serta setia dalam penderitaan disebut berbahagia karena mereka hidup dalam kasih dan kebenaran Tuhan. Sabda Bahagia mengundang kita untuk melihat hidup dengan cara pandang baru: bahwa di tengah kesulitan, kedukaan, dan perjuangan, kita tetap dapat bersukacita karena Allah menyertai dan menjanjikan upah kekal bagi mereka yang setia di jalan-Nya. Merry Bidho/Mahasiswi Stipar Ende