Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Keseriusan Panggilan untuk Mengikuti Yesus

  Dalam Injil Lukas 13:22-30, Yesus berbicara tentang pintu yang tertutup bagi mereka yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan-Nya.  Ia mengingatkan kita bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang otomatis, melainkan hasil dari iman, pertobatan, dan ketaatan pada kehendak-Nya. Banyak orang yang mengaku mengenal-Nya, namun tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.  Hal ini mengingatkan kita bahwa iman yang sejati bukan hanya sekedar pengetahuan tentang Tuhan, tetapi juga perubahan hidup yang nyata. Perikop ini juga mengajak kita untuk merenungkan keseriusan panggilan untuk mengikuti Yesus.  Kita tidak bisa hanya menjadi pengikut Yesus setengah hati.  Kita harus siap untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya dengan sepenuh hati, bahkan jika itu berarti menghadapi kesulitan dan penderitaan. Oleh : Imel Depa - Mahasiswi STIPAR 

Kekuatan Doa Dalam Memulai Tugas

        Injil Lukas 6:12-19 menggambarkan Yesus yang menghabiskan waktu berdoa di gunung selama semalam sebelum memilih dua belas murid-Nya, menunjukkan pentingnya hubungan pribadi dengan Allah sebelum memulai tugas apapun.  Setelah berdoa, Yesus memilih murid-murid yang telah merasakan kuasa penyembuhan-Nya dan siap untuk melayani-Nya.  Ayat-ayat ini juga mencatat bahwa orang banyak datang kepada Yesus untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka, menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya seorang guru, tetapi juga seorang penyembuh yang membawa kesembuhan fisik dan rohani.  Renungan ini mendorong kita untuk meneladani Yesus dalam berdoa, bersedia untuk mengikuti Kristus, dan percaya pada kuasa penyembuhan Allah. Oleh : Nona Ayen - Mahasiswi Stipar Magang Paroki Onekore

Mengemban Misi: Menjadi Alat Damai dan Pembawa Kabar Baik

                                      Jumat, 18 Oktober 2024 Injil Lukas 10:1-9 menggambarkan momen penting ketika Yesus mengutus 70 murid-Nya untuk pergi ke kota-kota dan desa-desa, membawa serta kabar baik tentang Kerajaan Allah. Dalam pengutusan ini, Yesus menekankan pentingnya mereka untuk pergi tanpa membawa banyak barang, mengajarkan mereka untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan penyelenggaraan-Nya. Ketika mereka memasuki rumah, mereka diperintahkan untuk menyampaikan damai sejahtera, menunjukkan bahwa kehadiran mereka harus menghadirkan cinta dan harapan bagi setiap orang. Yesus juga mengingatkan mereka bahwa jika ditolak, mereka tetap harus bersikap positif dan melanjutkan misi mereka, mengingat bahwa Kerajaan Allah tetap dekat bagi mereka yang menerima berita baik tersebut. Ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita dapat menjadi saluran damai dan berkat di dalam komunitas kita. Renungan ini menantang kita untuk bersedia menjawab panggilan Allah dalam hidup kita

Hati yang Bersih, Bukan Penampilan: Menyingkap Kemunafikan

                                         Rabu, 16 Oktober 2024 Injil Lukas 11:42-46 menyoroti kemunafikan orang-orang Farisi yang lebih mementingkan ritual dan penampilan lahiriah daripada keadilan dan kasih Allah. Mereka rajin membayar persepuluhan untuk tanaman kecil, tetapi mengabaikan tuntutan keadilan dan kasih yang lebih penting. Mereka juga suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan mencari pujian dari orang lain, menunjukkan diri sebagai orang yang saleh di depan umum, padahal hati mereka penuh dengan kemunafikan. Yesus menggambarkan mereka sebagai kubur yang tidak bertanda, yang tersembunyi di bawah tanah dan tidak terlihat oleh orang yang lewat. Mereka menipu orang lain dengan penampilan luar yang menipu, tetapi batin mereka penuh dengan kejahatan. Renungan ini mengajak kita untuk menilai diri sendiri, apakah kita juga lebih fokus pada ritual dan penampilan lahiriah daripada keadilan dan kasih? Apakah kita menutupi dosa kita dengan penampilan suci? Kita harus menghin

Jari Allah: Mengusir Kekuatan Jahat

                                          Bacaan : Jumat, 11 Oktober 2024                                         Lukas 11:15 - 26 Bacaan Lukas 11:15-26 mengisahkan tentang Yesus yang mengusir setan dan reaksi orang-orang terhadapnya. Teks ini memberikan renungan penting tentang kekuatan jahat, kekuatan Allah, dan pentingnya memilih pihak. Ketika Yesus mengusir setan, beberapa orang menuduhnya melakukan itu dengan kekuatan Beelzebul, penguasa setan. Mereka menantang Yesus untuk menunjukkan tanda dari surga sebagai bukti kekuatannya. Yesus menjawab dengan bijaksana, menggunakan logika dan analogi untuk menjelaskan bahwa kerajaan yang terpecah belah akan hancur, dan begitu pula dengan kerajaan setan jika ia terpecah belah. Ia juga mempertanyakan bagaimana para ahli Taurat mengusir setan jika itu memang dilakukan dengan kekuatan Beelzebul. Yesus kemudian menyatakan bahwa ia mengusir setan dengan “jari Allah”, menegaskan bahwa kerajaan Allah telah datang kepada mereka. Ia menggunakan ana

Kedekatan kepada Allah melalui Doa

  Injil Lukas 11:1-4 berfokus pada ajaran Yesus tentang doa, di mana Ia mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Ketika seorang murid meminta Yesus untuk mengajarkannya berdoa, Yesus memberikan "Doa Bapa Kami" sebagai contoh. Melalui doa ini, Yesus menekankan hubungan intim antara kita dan Allah sebagai Bapa. Kita diajak untuk mengakui keterikatan kita kepada Allah dan meminta agar kehendak-Nya terwujud dalam hidup kita. “Bapa kami, yang di sorga…” menggambarkan kedekatan kita dengan Allah sekaligus pengakuan bahwa Dia adalah sumber segala yang baik. Pentingnya pengakuan atas dosa juga muncul dalam ajaran Yesus, di mana kita diminta untuk meminta pengampunan dan, pada saat yang sama, untuk mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Hal ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling mendukung dan penuh kasih di antara sesama. Oleh : Imel Depa Mahasiswi STIPAR KKN